Dokumenter dan Biopik Warnai Berlinale

Berlinale Ke-67 itu akan menyorot film-film biopik dan dokumenter yang mengeksplorasi kehidupan para pelaku industri kreatif. Salah satunya debut Etienne Comar bertajuk Django yang fokus pada kehidupan seorang seniman jazz-gips kelahiran Belgia Django Reinhardt.
Selain menyajikan proses kreatif sosok Reinhardt, Django juga menampilkan sedikit cerita mengenai penganiayaan keluarga sang musisi yang dilakukan oleh Nazi ketika menduduki Paris.
Sementara itu produser Australia Geoffrey Rush menghadirkan sosok pematung dan pelukis Swiss Alberto Giacometti dalam Final Portrait. Film disutradarai oleh aktor Hollywood Stanley Tucci. Seniman folk asal Kanada Maudie Lewis hadir dalam film Maudie denga aktris Sally Hawkin sebagai pelukis yang harus hidup di tengah penyakit. Aktor Ethan Hawke akan berperan sebagai suami setia.
Sementara itu, jauh sebelum Damien Hirst dan hiu yang diawetkan dalam formalin, ada Joseph Beuy dan kelinci matinya. Dokumenter Beuys mengeksplorasi kehidupan kontroversial salah satu seniman pascaperang paling penting di Jerman. Terakhir, pembuat film veteran Jerman Volker Scholendorff mengisahkan tentang temannya sang novelis Swiss, Max Frisch, yang dimainkan Stellan Skarsgard dalam Return to Montauk.
Isu pengungsi juga menjadi tema yang akan ditampilkan, termasuk melalui The Other Side of Hope milik sutradara Finlandia Aki Kaurismaki. Ia menghadirkan kisah pengungsi Suriah yang berakhir di Helsinki. Tidak hanya dalam film, Berlinale juga meluncurkan inisiatif untuk membantu lebih dari 100 ribu pencari suaka yang tiba di Berlin sejak dua tahun silam.
Selain dipenuhi dengan deretan biopik dan dokumenter, festival juga menyuguhkan satu poin menarik, yakni jajaran sutradara perempuan, termasuk Agnieszka Holland. Ia kembali dengan Spoor, sebuah humor feminis tentang pensiunan eksentrik yang harus menghadapi nasib sial di desanya yang didominasi kaum laki-laki.