Dua Fenomena Usai Banjir Yogya

Teguh, warga Serpeng Wetan, Rabu (6/12), mengatakan, hujan deras yang terjadi Selasa (28/11) menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Kecamatan Pacarejo. Air yang bermuara di Luweng itu, menyebabkan gua vertikal melebar hingga seluas kurang lebih 1 hektare.
"Awalnya selebar 10 meter, kemudian ambrol menjadi 1 hektare. Kemungkinan tidak kuat menahan air," katanya.
Ia mengatakan, Luweng ambrol, Rabu (29/11). Setelah ambrol, air menggenangi lokasi dan membentuk sebuah danau. "Saat ambrol suaranya 'gluur' seperti suara petir. Suaranya sampai ke permukiman," kata Teguh.
Teguh berharap pemkab melakukan tindakan agar bisa tertangani dengan cepat karena lokasi yang melebar merusak lahan pertanian. Warga juga khawatir jika air yang bermuara di gua vertikal itu tidak mampu menampung dan meluber ke permukiman.
Warga Dusun Kebowan Lor, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, juga resah dengan kemunculan gelembung air dari pipa bekas sumur bor yang tidak terpakai sejak 1985. "Gelembung air keluar pasca banjir di wilayah itu, Selasa (28/11)," kata Kaur Perencanaan Desa Gombang, Giyarto, kemarin.
Pada 1985, lokasi itu sempat dibor untuk memenuhi air bersih, tapi tidak diteruskan lantaran air tidak mencukupi. Saat banjir, pipa mengeluarkan gelembung air. "Air di dalam pipa kemudian tidak pernah surut, hanya mengeluarkan gelembung-gelembung udara," kata dia.
Giyanto mengatakan, air yang keluar gelembung berwarna cokelat tidak panas dan tidak mengeluarkan bau. Karsini, warga setempat, berharap pemkab segera menerjunkan tim untuk melakukan penelitian agar tidak menimbulkan keresahan. "Warga khawatir jika lokasi tersebut meledak," kata dia.