Pola Belanja Masyarakat Berubah

Ilustrasi (ANTARA | GALIH PRADIPTA)
JAKARTA (HN) -
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan, pola belanja masyarakat di sektor toko ritel modern berubah. Penurunan kinerja beberapa perusahaan ritel mencerminkan pergeseran konsumen ritel ke sektor lain.
Sebagai contoh, merujuk laporan keuangan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) pada 2017 turun 50 persen dari Rp 601 miliar menjadi Rp 300 miliar. Perusahaan menilai, penurunan itu akibat pergeseran konsumen. Di satu sisi, perkiraan kenaikan penjualan tidak tercapai, tapi komponen biaya terus naik.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (Ramayana) pada 2017 mencetak laba Rp 406,6 miliar, turun tipis dibanding tahun 2016 sebesar Rp 408,5 miliar. Penurunan dinilai akibat kebijakan korporasi yang menutup 16 toko karena kurang menguntungkan.
"Apa yang dihasilkan kinerja peritel itulah gambaran tahun lalu. Masyarakat mengubah pola perilaku belanja," kata Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey kepada HARIAN NASIONAL, Minggu (8/4).
Roy menilai, masyarakat kini lebih cenderung berbelanja di toko kelontong rumahan. Akses lebih mudah dengan pilihan produk sama. Selain itu, khusus segmen menengah bawah sangat terlihat melakukan pengurangan belanja akibat produktivitas rendah.
Penyebab produktivitas masyarakat rendah akibat aliran investasi masuk Indonesia sepanjang 2017 didominasi investasi portofolio di pasar saham. Investasi langsung yang bersifat padat karya cukup minim sehingga penambahan tenaga kerja tak naik signifikan.
Penyerapan tenaga kerja yang lemah memicu penghasilan masyarakat tidak bertambah dan berimbas pola belanja.
"Otomatis ketika investasi bersifat portofolio, sektor padat karya tidak bergerak dan pendapatan masyarakat tidak bertambah sehingga menahan konsumsi," ujar Roy.
Roy mengatakan, di samping pendapatan tidak bertambah, pola belanja masyarakat bergeser dari nonrekreasi ke rekreasi. Masyarakat memilih menggunakan uang untuk hal bersifat hiburan. "Ini fenomena yang terjadi di dunia," katanya.
Tahun lalu, pertumbuhan ritel modern hanya 3,65 persen, terendah sejak 10 tahun terakhir. Tahun ini Aprindo menargetkan pertumbuhan ritel bisa mencapai 7 persen sebagai pemulihan ritel.
Prediksi tersebut didasarkan Pilkada di 171 daerah dan perbaikan penyaluran transfer ke daerah dan dana desa.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, jumlah rekening dan saldo simpanan masyarakat pada Februari 2018 di bawah Rp 200 juta melonjak. Peningkatan terbesar di saldo simpanan di bawah Rp 100 juta. Penambahan tersebut menunjukkan masyarakat cenderung memilih menyimpan uang di bank ketimbang berbelanja.
Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan, secara umum simpanan di bank, baik jumlah rekening maupun nominal mengalami kenaikan. Tingkat keyakinan masyarakat terhadap perbankan cenderung meningkat.
Di sisi lain, lanjut dia, peningkatan dua indikator tersebut juga dimungkinkan karena kelebihan pendapatan dari nasabah. "Atau masyarakat cenderung menahan diri tidak terlalu konsumtif, mengingat sebentar lagi puasa dan tahun ajaran baru," ujar dia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, tahun ini pelemahan belanja ritel masih berlanjut. Indeks Penjualan Riil Bank Indonesia (BI) pada Januari 2018 turun 1,8 persen dibanding periode sama tahun lalu. Data terakhir, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat menurun dari 122,5 pada Februari menjadi 121,6 pada Maret.
Menurut Bhima, masyarakat kelas menengah bawah sempat menahan konsumsi karena pergeseran masa panen komoditas pertanian dari Maret ke April. Periode panen menjadi patokan karena masyarakat berpenghasilan menengah bawah didominasi petani.
Masyarakat kelas menengah menahan belanja akibat ekspektasi kenaikan harga barang menjelang bulan puasa dan kenaikan harga BBM nonsubsidi. "Kemungkinan masyarakat menyimpan uang untuk kebutuhan Lebaran. Dia akan keluarkan saat itu. Gaji PNS kan juga tidak naik" kata dia.
Kelas menengah atas seperti pengusaha kelas kakap diperkirakan menahan investasi mengingat situasi tahun politik yang tidak menentu.
Reportase :
Editor : Didik Purwanto