Puluhan Orang Keracunan di Syukuran Kades

Ilustrasi keracunan. (ANTARA | DIASTY SURJANTO)
CIANJUR (HN) -
Lima puluh orang di Kampung Seuseupan, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, mengalami keracunan. Sebagian besar dari mereka telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur untuk mendapat pertolongan intensif.
Kejadian itu berawal ketika warga menyantap hidangan yang dibagikan saat acara syukuran di rumah Kepala Desa Wangunjaya, Misbahudin, yang baru pulang dari tanah suci.
"Sebagian kecil warga mulai merasa gejala keracunan Sabtu (15/9) siang. Namun, jumlah yang tidak banyak membuat mereka yang mengalami gejala awal menganggap hanya mual dan pusing biasa," kata Camat Cugenang, Slamet Riyadi saat dihubungi Minggu (16/9).
Namun, Minggu siang, jumlah warga yang mengeluhkan hal serupa bertambah banyak hingga puluhan orang. Mereka akhirnya dibawa ke puskesmas. "Kami langsung berkordinasi dengan pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan. Kami juga sudah mengambil sampel makanan yang disantap warga," kata Slamet.
Slamet menuturkan, belum mengetahui secara pasti makanan apa yang menyebabkan warga keracunan. "Kami masih menunggu hasil laboratorium," kata dia.
Sementara Petugas RSUD Cianjur, Malfi Alman, mengatakan jumlah korban keracunan yang sempat dirawat ke RSUD sebanyak 34 orang, terdiri atas 15 laki-laki, 15 perempuan, dan empat anak balita. Sebagian besar korban mengeluhkan pusing, mual dan lemas.
"Sebagian besar sudah mulai membaik setelah diinfus dan diberi obat," kata dia. Menurut Malfi, empat orang sudah diperbolehkan pulang ke rumah karena kondisinya membaik.
Polusi di Jepara
Sementara itu, di Jepara, Jawa Tengah, juga terjadi dugaan pencemaran limbah berbahaya dan beracun yang menimpa warga Dukuh Margokerto, Desa Bondo.
Namun, Kepala Humas PT PLN Tanjungjati B, Grahita, sempat mengeluarkan pernyataan bahwa abu PLTU yang selama ini menerpa permukiman bukan masuk kategori berbahaya. Menurut dia, debu batu bara tersebut dianggap sama dengan debu tanah dan pasir.
Menyikapi hal itu, Ketua Forum Warga Tanjungjati Bersatu, Hadi Priyanto, mengatakan, uji laboratorium pembanding sangat penting dilakukan. Selama ini, ketika musim angin timur seperti saat ini tidak hanya beterbangan hingga ke kawasan pertanian, bahkan masuk ke rumah-rumah penduduk. "Warga juga banyak yang terserang penyakit saluran pernafasan sehingga perlu ada perhatian serius," ujar dia.
Menurut dia, warga juga sedang meminta salinan dokumen laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara. Sebetulnya, kata dia, warga ingin hidup berdampingan dengan PLTU. Namun, PLTU juga wajib menjaga dan melindungi lingkungan masyarakat sekitar.
Reportase : ANTARA
Editor : Andi Nugroho