• Foto
  • Video
  • Indeks
Follow Us on Facebook Follow Us on Twitter Get Latest News From Us

Harian Nasional

Jumat, 22 Februari 2019 | 21:28 WIB



  • Terkini
  • Terpopuler
  • Sastra Indonesia di London Book Fair
  • Survei IndEX: Elektabilitas PDI-P Turun
  • ICW: Berantas Korupsi di JICT
  • Tuntutan Banding Serikat Pekerja KIA Dipenuhi Pengadilan
  • Arema Gagal Melaju ke Babak Delapan Piala Indonesia
  • Erupsi Gunung Agung Hingga 700 Meter
  • Bawaslu Periksa 15 Camat di Makassar
  • Pellu dan Rahmat Dipanggil Timnas Senior
  • Selama Januari, 18 Ha Hutan dan Lahan di Aceh Terbakar
  • Stres Picu Hipertensi Kaum Milenial
  • 17 Santri Ponpes Nurul Ikhlas Jadi Tersangka Pelaku Kekerasan
  • Lion Air Minimalkan Dampak Tergelincir JT 714
  • 'Mitmatch' Masih Jadi Masalah Pendidikan
  • KTM Kecam Honda karena Mendepak Pedrosa
  • Peredaran Narkoba di Lapas Patut Diberantas
  • Gempa 5,4 SR Guncang Kabupaten Jayapura
  • Senin, Satgas Anti Mafia Bola Panggil Joko Driyono sebagai Tersangka
  • Disuntik Rp 9,1 Triliun, Madrid Siap Bangun Kembali Bernabeu
  • Kemenhub Pastikan Lion Air JT 714 Lain Terbang
  • Persebaya Cukur Persinga Ngawi 8-0 di Piala Indonesia



  • Home /
  • Liputan Khusus

Terperangkap Dikotomi Seni Tinggi dan Seni Rendah

Sabtu, 06 Oktober 2018 08:13 WIB
Terperangkap Dikotomi Seni Tinggi dan Seni Rendah
Priadji Kusnadi membuat siluet wajah. (HARIAN NASIONAL | YOSEP ARKIAN )

BACA JUGA:

  • Karakteristik Wajah dalam Bayangan
  • Seni Siluet Wajah

SILAKAN DIBAGI :

  • Tweet

Seni siluet wajah terus berkembang seiring perkembangan zaman. Jenis seni ini memiliki keunikan tersendiri. Siluet menyederhanakan bentuk menjadi flat sehingga ciri-ciri yang tampak dari benda atau orang yang dibuat sangat detail.

"Di sisi lain, siluet bisa dianggap sebagai personifikasi yang lebih umum. Misalnya siluet cewek berambut panjang, bisa dianggap mewakili semua cewek yang punya rambut panjang," kata dosen seni grafis di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Bambang "Toko" Witjaksono kepada HARIAN NASIONAL, Kamis (4/10).

Sebagai seorang seniman, dia menyayangkan seniman siluet tradisional berkurang karena galeri sepi pengunjung. "Sepi karena zaman berubah, tren berubah. Bisa juga karena pengaruh media digital," ujar dia.

Seharusnya seniman mengikuti perkembangan zaman, misalnya dengan mengganti medianya. "Dulu tekniknya manual, membutuhkan skill dan craftmanship. Sekarang menggunakan program atau komputer," katanya.

Selain itu, posisi seni siluet wajah masih termarjinalkan dalam seni rupa karena masih dianggap kerajinan semata. "Masih ada dikotomi seni tinggi (fine art) dan seni rendah (craft)," ujar Bambang.

Reportase : Yosep Arkian | Esti Tri Pusparini
Editor : Dionsius Bambang Arinto

KATEGORI

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks

Dapatkan newsletter update berita setiap hari dengan menyertakan E-Mail Anda.



PT. BERITA NASIONAL
Jl. Teuku Cik Ditiro 77 Menteng
Jakarta Pusat 10310
Telp : 021-315 2699
E-Mail Redaksi :
redaksi@harian-nasional.com
Info Pemasangan Iklan :
iklan@harian-nasional.com

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Karir
  • Pedoman Media Siber
  • Lihat Versi Mobile

Copyright 2018 © Harian Nasional. Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.