• Foto
  • Video
  • Indeks
Follow Us on Facebook Follow Us on Twitter Get Latest News From Us

Harian Nasional

Sabtu, 23 Februari 2019 | 16:38 WIB



  • Terkini
  • Terpopuler
  • Pengamat: Potensi Kerawanan Pemilu Terbesar di Pulau Jawa
  • Operasional Terminal Baru Bandara El Tari Ditargetkan Setpember
  • Seratusan Tenaga Medis RSUD Pagelaran Diberhentikan Sepihak
  • LIPI Lakukan Riset Biofortifikasi Pangan Atasi Persoalan Nutrisi
  • NasDem Dorong Pemerintah Revitalisasi Pasar Rakyat
  • 2.000 Persen Neymar dan Mbappe Tetap di PSG
  • Sabtu Pagi, Merapi Alami Enam Gempa Guguran
  • Aprilia Perkenalkan 'Livery' Baru Sambut Musim 2019
  • Mourinho vs Wenger, 'Musuh Manis' dalam Sepak Bola
  • Mengkritisi Lemahnya Peran Pendidikan Informal
  • Lion Air Minimalkan Dampak Tergelincir JT 714
  • 'Mitmatch' Masih Jadi Masalah Pendidikan
  • Peredaran Narkoba di Lapas Patut Diberantas
  • Kemenhub Pastikan Lion Air JT 714 Lain Terbang
  • Persebaya Cukur Persinga Ngawi 8-0 di Piala Indonesia
  • 586 Warga Ngawi Terinfeksi HIV/AIDS
  • Program Tol Laut akan Terus Dilanjutkan
  • Sumur Minyak Ilegal di Bajubang Jambi Terbakar
  • 9 Unit Damkar Padamkan Kebakaran Lahan di Lhoksemawe
  • Kawanan Gajah Kembali Rusak Pertanian Warga



  • Home /
  • Global

Konsulat Saudi di Istanbul Siap Digeledah

Rabu, 10 Oktober 2018 04:12 WIB
Konsulat Saudi di Istanbul Siap Digeledah
Petugas keamanan Konsulat Arab Saudi di Istanbul. (AFP | OZAN KOSE )

BACA JUGA:

  • Turki Bekuk 52 Orang Suriah Terduga IS
  • Kubu Iran Saingi Manuver AS
  • Resmi, Saudi tak Tahu Jasad Khashoggi
  • Erdogan-Putin Bicarakan Zona Aman di Suriah
  • Bom Maut Meneror Dekat Zona Aman Turki di Suriah

SILAKAN DIBAGI :

  • Tweet

Turki dan AS mendesak Arab Saudi untuk berlaku transparan terkait hilangnya jurnalis terkemuka Jamal Khashoggi.


ANKARA (HN) - Arab Saudi akhirnya mengizinkan otoritas Turki untuk menggeledah Konsulat Saudi di Istanbul demi kepentingan investigasi terkait menghilangnya jurnalis terkemuka Jamal Khashoggi sejak pekan lalu.

"Otoritas Saudi mengatakan mereka terbuka untuk bekerja sama dan melakukan pencarian di dalam gedung Konsulat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy seperti dilansir AFP, Selasa (9/10).

Aksoy menambahkan upaya penggeledahan akan menjadi bagian investigasi resmi, yang sudah dijalankan "secara intens", meskipun waktunya belum dipastikan.

Khashoggi adalah warga negara Arab Saudi, yang meninggalkan negaranya untuk mencari suaka di Amerika Serikat sejak September 2017. Ia bekerja sebagai kontributor koran Washington Post. Tulisan-tulisannya dipublikasikan ke media Arab dan media Barat.

Ia tiba-tiba menghilang setelah memasuki gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (2/10) lalu. Ia berada di sana untuk mengambil dokumen terkait persiapan pernikahannya dengan seorang perempuan dari Turki.

Khashoggi kabur dari negaranya beberapa bulan setelah Pangeran Mohammed bin Salman diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi. Sang pewaris takhta kerajaan tersebut diduga mendalangi pembunuhan atau penghilangan kaum intelektual dan para pemuka agama yang tidak setuju dengan genderang "reformasi" yang dilakukannya di Arab Saudi.

Khashoggi termasuk salah satu intelektual yang menentang keras sebagian isu reformasi Pangeran Salman. Ia juga sangat vokal mengkritik intervensi Riyadh dalam perang saudara di Yaman. Ia pernah menulis kolom yang membandingkan Pangeran Salman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam hal kekejaman terhadap rival politik.

Turki meminta izin untuk menggeledah Konsulat Saudi setelah memanggil Duta Besar Saudi untuk kedua kalinya pada Minggu (7/10) lalu. Sehari sebelumnya, kepolisian Turki menyimpulkan Khashoggi dibunuh di dalam gedung Konsulat.

Dubes Saudi sebenarnya sudah dipanggil untuk menjelaskan kasus yang sama, sehari setelah hilangnya Khashoggi. Pada kesempatan itu, kubu Saudi menegaskan sang jurnalis sudah pergi dari gedung.

Kepolisian Turki yakin Khashoggi dibunuh usai melakukan pemeriksaan silang terkait kedatangan 15 orang Saudi dengan dua pesawat berbeda. Mereka diyakini anggota pasukan khusus kerajaan, yang menunggu di gedung Konsulat saat Khashoggi masuk.

Identitas 15 orang itu masih diselidiki. Televisi Turki berbahasa Inggris TRT World melaporkan, rekaman CCTV pasti dibawa oleh mereka, yang kembali ke Saudi pada hari itu juga.

Desakan Internasional

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, Senin (8/10) kemarin, menyerukan proses investigasi transparan atas menghilangnya jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi, Istanbul. Pompeo menindaklanjuti komentar Presiden Donald Trump yang mengaku prihatin saat mendengar terjadinya kasus ini.

"Kami mendesak pemerintah Arab Saudi untuk mendukung investigasi menyeluruh terkait menghilangnya Mr Khashoggi dan harus transparan menyampaikan hasil investigasi," demikian pernyataan Pompeo.

Ofisial Turki meyakini Khashoggi telah dibunuh di dalam gedung Konsulat, tapi tuduhan itu dibantah keras oleh Saudi.
Senator Lindsey Graham, yang masuk lingkaran terdekat Trump, mengancam AS akan mempertimbangkan hubungan dengan Arab Saudi jika tuduhan pembunuhan itu terbukti.

"Kami setuju jika terbukti ada kesalahan dari pemerintah Saudi maka hubungan AS-Saudi akan terganggu dan pasti ada sanksi yang harus diberlakukan-secara ekonomi atau yang lainnya," terang Graham.

Terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak Arab Saudi untuk melakukan pembuktian terbalik. Saudi bersikeras Khashoggi telah meninggalkan gedung Konsulat, sehingga hilangnya sang jurnalis bukan lagi urusan mereka.

"Ofisial Konsulat tidak bisa hanya bilang ia sudah meninggalkan gedung. Bukankah Anda punya kamera?" kata Erdogan saat berada di Budapest, Hungaria, Senin (8/10).

"Jika ia memang sudah pergi, buktikan dengan rekaman video. Mereka yang bertanya pada otoritas Turki tentang keberadaan Jamal seharusnya mulai mempertanyakan apa yang terjadi dengannya."

Erdogan menambahkan kepolisian Turki dan dinas intelijen sedang bekerja keras menyelidiki kasus ini.

Sementara itu, di luar gedung Konsulat Saudi di Istanbul, rekan-rekan Khashoggi berkumpul untuk menyuarakan protesnya, dipimpin oleh aktivis asal Yaman Tawakkol Karman yang merupakan pemenang Nobel Perdamaian 2011.

"Membunuhnya sama saja dengan membunuh kami semua. Ini kebijakan teror. Tidak ada bedanya negara teror dengan aksi teror," katanya.

Reportase : AFP | Dani Wicaksono
Editor : Dani Wicaksono

KATEGORI

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks

Dapatkan newsletter update berita setiap hari dengan menyertakan E-Mail Anda.



PT. BERITA NASIONAL
Jl. Teuku Cik Ditiro 77 Menteng
Jakarta Pusat 10310
Telp : 021-315 2699
E-Mail Redaksi :
redaksi@harian-nasional.com
Info Pemasangan Iklan :
iklan@harian-nasional.com

  • Polhukam
  • Global
  • Kesra
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Travel & Lifestyle
  • Sosok
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sainstek/Kesehatan
  • Opini & Kolom
  • Liputan Khusus
  • Foto
  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Karir
  • Pedoman Media Siber
  • Lihat Versi Mobile

Copyright 2018 © Harian Nasional. Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.