10 Kecamatan di Bandung Rawan Likuefaksi

Likuefaksi di Donggala. (ISTIMEWA)
BANDUNG (HN) -
Ada 10 kecamatan di Kota Bandung, Jawa Barat yang rawan mengalami likuefaksi atau gerakan tanah berlumpur yang dipicu oleh gempa bumi. Fenomena pergerakan tanah ini yang meratakan perumahan di daerah Petobo dan Balaroa, Palu, Sulteng pada 28 September lalu.
Temuan tersebut merupakan hasil kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Kota Bandung bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung.
Kepala Sub Bidang 1 Perencanaan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santoso, mengatakan, potensi likuefaksi itu terdapat di daerah Kecamatan Bandung Kulon, Bandung Kidul, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Regol, Lengkong, Kiaracondong dan Antapani.
"Tapi, tingkat kerusakannya berbeda tergantung kekuatan bangunan dan kepadatan bangunan, dan juga termasuk jenis tanah di situ," kata Andry di Bandung, Kamis (11/10).
Peta risiko likuefaksi yang ditemukan tersebut, menurut dia, penting sebagai mitigasi dampak gempa. "Fenomena gempa pasti berulang, tapi enggak bisa diramalkan," kata Andry. Menurut dia, penataan ruang kota mesti dilakukan dengan mengacu peta risiko bencana, termasuk potensi likuefaksi guna meminimalkan korban dan kerugian.
Selain itu, juga perlu membuat dan memasang peta jalur evakuasi bagi warga seperti papan informasi, tempat berkumpul dan bersembunyi saat terjadi bencana.
Peneliti sekaligus Interpreter Geotrek, T. Bachtiar, menjelaskan di Kota Bandung terdapat sesar Lembang. Sesar ini bisa menimbulkan risiko gempa di Cekungan Bandung. Cekungan Bandung, kata dia, jutaan tahun silam merupakan danau yang mengering, di mana puluhan kilometer di bawah tanahnya masih tersimpan air.
"Tanah di bawah tetap lembek karena dulu Cekungan Bandung merupakan danau purba," kata Bachtiar. Maka dari itu, ia mendorong pemerintah dan masyarakat untuk mulai berbenah dalam mendirikan permukiman agar lebih tahan gempa.
Pemerintah Kota Bandung juga harus mulai turun ke lapangan untuk menyampaikan ke warga informasi mengenai risiko bencana yang dihadapi dan upaya mitigasi yang dibutuhkan.
Bachtiar berharap masalah kebencanaan masuk dalam kurikulum sekolah, dari tingkatan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. "Bagaimana menciptakan kultur masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, yah salah satunya pendidikan kebencanaan di sekolah harus ditekankan," kata dia.
Reportase : ANTARA | Andi Nugroho
Editor : Andi Nugroho