Menanti RI Gelar Balap Dunia

Sirkuit Sentul. (ISTIMEWA )
Singapura dan Vietnam punya F1, Malaysia dan Thailand ada MotoGP. Kapan Indonesia merealisasikan mimpi sebagai tuan rumah balapan bergengsi dunia?
JAKARTA (HN) - Sejumlah negara Asia Tenggara semakin intensif menunjukkan minatnya menggelar event motorsport. Terbaru, Vietnam dilaporkan telah menjalani kontrak jangka panjang dengan Liberty Media, operator Formula 1 (F1), mulai 2020.
Kerja sama tersebut sekaligus menempatkan empat negara ASEAN sebagai tuan rumah seri balap dunia. F1 miliki Singapura dan Vietnam, sedangkan Malaysia serta Thailand menjadi kandang MotoGP. Lantas sejauh mana kesiapan Indonesia, yang sudah mengumbar janji menjadi tuan rumah MotoGP sejak 2016?
Dorna selaku operator MotoGP, sudah meninjau Sirkuit Internasional Sentul tiga tahun lalu dan bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Imam Nahrawi). Hingga kini rencana tersebut tak kunjung terealisasi. Berbeda dengan Vietnam, tak pernah terdengar kabarnya, tapi kesiapan mereka mampu menarik perhatian Liberty Media.
Sekretaris Jenderal Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jeffrey JP mengatakan, sulit bagi Indonesia merealisasikan rencana tersebut. Alasannya karena belum ada sirkuit standar internasional, seperti alasan yang dikemukakan Dorna pada 2016. Meski Sirkuit Sentul memasang label internasional, masih perlu renovasi untuk menggelar balapan level MotoGP dan F1.
"Jika sudah memiliki itu, saya rasa akan mudah untuk perizinan ke FIA atau FIM," ucap Jeffrey, Jumat (9/11). "Sirkuit Sentul memang paling siap tapi trek dan beberapa fasilitas perlu renovasi dan dinaikkan levelnya. Sayangnya, Sirkuit Sentul tak bisa dana APBN karena itu milik swasta."
Pertengahan 2018, Presiden RI Joko Widodo sempat menyambangi Sirkuit Sentul. Presiden mendukung pengelola sirkuit yang ingin melanjutkan rencana MotoGP 2020. Dengan catatan, biaya renovasi tak menggunakan dana APBN.
Perlu diketahui, penetapan lokasi sirkuit yang bakal menjadi lintasan MotoGP pun sempat berubah-ubah. Setelah menolak Sentul, Kemenpora bahkan mengajukan Sumatera Selatan untuk membangun sirkuit internasional. Dijanjikan miliki investor, toh hingga kini belum ada pembangunan lintasan di Bumi Sriwijaya.
CEO Sirkuit Sentul Tinton Suprapto mengatakan sulit merealisasikan rencana tersebut tanpa dukungan pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu mengubah pandangan dan menjadikan penyelenggaraan ini sebagai hajatan bersama.
"Mengapa negara lain mampu melakukannya, itu karena negaranya (pemerintah) merasa punya hajatan atas event tersebut. Namun, di Indonesia, negaranya tidak berencana memiliki hajat tersebut. Jadi harus murni swasta. Sementara itu tidak mungkin bisa tanpa pengakuan pemerintah," ujar Tinton kepada HARIAN NASIONAL.
Menurutnya, pemerintah harus mengumpulkan seluruh pihak. Artinya tidak cukup hanya mengandalkan satu investor saja. "Lebih baik fokus pada satu sirkuit yang sudah tersedia untuk dikembangkan. Setelah berkembang baru dibuat di daerah lainnya. Sebab, biaya pembuatan sirkuit tidak sedikit," kata Tinton.
Terpisah, Sekretaris Kemenpora (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto menyebutkan, pemerintah saat ini belum mendapat laporan terbaru mengenai rencana pembangunan sirkuit di Indonesia. Ia menjelaskan, pemerintah siap memberikan dukungan kalau ada investor.
"Kami tetap membuka peluang (siapa pun) menggelar MotoGp. Namun, tergantung ada tidaknya investor. Kami sedang fokus ke hal lain. Namun, jika ada investor bersedia, kami akan menerimanya," kata Gatot.
Reportase : Alvin Tamba
Editor : Brigitha Sesilya