Korban Meninggal Akibat DBD di NTT Jadi 15 Orang

Ilustrasi, pasisen demam berdarah. (frontroll.com)
"Penderita DBD di NTT sudah mencapai 1.337 orang dan diperkirakan akan terus bertambah"
KUPANG (HN) - Dinas Kesehatan(Dinkes) Provinsi Nusa Tenggara Timur(NTT) melaporkan, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di provinsi itu bertambah menjadi 15 orang dari sebelumnya hanya berjumlah 13 orang.
"Jumlah korban yang meninggal akibat DBD saat ini sudah bertambah menjadi 15 orang setelah dua korban meninggal dunia di kabupaten Sumba Timur," kata Kepala Seksi Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes NTT Joyce Tibuludji kepada Antara di Kupang, Jumat (1/2).
Hal ini disampaikannya berkaitan semakin meningkatnya kasus DBD di NTT yang masuk dalam urutan tiga besar kasus DBD se-Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Barat.
Joyce mengatakan, hingga Jumat (1/2), jumlah penderita DBD di NTT sudah mencapai 1.337 orang dan diperkirakan akan terus bertambah, karena dari 22 kabupaten/kota di NTT baru sembilan kabupaten dan satu kota yang melaporkan dampak dari gigitan nyamuk aedes aegypty tersebut.
"Masih sisa 12 kabupaten yang belum melaporkan dampak dari DBD ini, dan kalau ada pasti jumlahnya akan bertambah," ujarnya.
Saat ini setiap petugas kesehatan di setiap puskesmas dan rumah sakit di sembilan kabupaten dan satu kota itu bekerja keras untuk merawat para korban yang menderita DBD.
Ada tiga kabupaten/kota di NTT yang mendominasi kasus DBD, yakni Manggarai Barat sebanyak 321 kasus, Kota Kupang 245 kasus, dan 156 kasus di Sumba Timur.
Untuk Sumba Timur sendiri dengan meninggalnya dua korban DBD, maka jumlahnya sudah mencapai empat orang.
Sejumlah Puskesmas di NTT sudah membut posko siaga untuk DBD, salah satunya di Kota Kupang yang kurang lebih 11 Puskesmas sudah menerapkan hal itu.
DBD di Malut 112 Orang
Data jumlah penderita penyakit DBD di Maluku Utara (Malut) yang diterima Dinkes setempat dari Kabupaten/kota hingga akhir Januari 2019 sebanyak 112 orang.
"Jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah, karena dari sepuluh kabupaten/kota di Malut baru lima kabupaten/kota yang memasukan data jumlah penderita penyakit DBD ke Dinkes Malut," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Malut, Andi Sakrawati di Ternate, Jumat.
Dari sepuluh kabupaten/kota di Malut belum ada yang dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD, karena jumlah penderita DBD di masing-masing kabupaten/kota relatif sedikit dan belum ada sampai meninggal.
Dinkes Malut telah menyampaikan instruksi dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan keseluruh Dinkes Kabupaten/kota di Malut mengenai upaya pencegaha dan penanganan penyakit DBD.
Upaya pencegahan dan penanganan DBD itu di antaranya dilakukan melalui kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai 4M, yakni menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, mengubur kalem atau wadah yang dapat menampung air, serta mengamati jentil nyamuk dan kebersihan lingkungan.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk menanam tananam pengusir nyamuk di sekitar rumah, seperti bunga lavender dan serai serta menggunakan kelambu saat tidur.
Masyarakat juga diberi pemahaman mengenai ciri-ciri penyakit DBD, seperti demam tinggi selama berhari-hari, sakit dibelakang bola mata dan muncul bintik merah di kulit.
Dengan mengetahui ciri-ciri penyakit DBD, diharapkan masyarakat segera membawa anggota keluarganya yang menderita dengan penyakit seperti itu ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan penanganan secara intensif.
Pengalaman selama ini penderita penyakit DBD tidak bisa tertolong karena saat dibawah ke rumah sakit kondisinya sudah para karena kurangnya pemahaman mereka bahwa yang diderita adalah penyakit DBD.
Reportase : Antara
Editor : Herman Sina