Jaga Level Air Gambut

Lahan gambut. (goalterzoko.blogspot.com)
BPPT melakukan modifikasi hujan buatan, salah satunya untuk pembasahan gambut.
JAKARTA (HN) - Upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan, terutama di kawasan yang memiliki lahan gambut seperti Riau. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) termasuk salah satu pihak yang turut aktif di dalamnya, antara lain dengan melakukan modifikasi cuaca untuk hujan buatan.
"Hujan buatan di Riau sudah kami mulai sejak 26 Februari 2019. Jadi, kami sudah mulai, kemudian ketika dirasa cukup kami berhenti. Kami mulai lagi kalau dibutuhkan. Kalau daerahnya kering, butuh air hujan, kami hujankan," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Selasa (9/7).
Hujan buatan itu tidak sekadar untuk memadamkan api. Jika dilakukan sebelum terjadi kebakaran hutan, hujan buatan juga bertujuan membasahi lahan gambut. "Gambut itu kalau kering kan dibakar orang. Kalau lahannya kami basahi dengan hujan buatan, orang cenderung tidak membakar lahan gambut. Artinya makin kami jaga gambut itu basah, maka akan mengurangi aktivitas orang membakar lahan, sehingga kebakaran hutan bisa diminimalisasi," ujarnya.
Jika sudah terjadi kebakaran hutan di suatu daerah, BPBT akan mengecek terlebih dahulu kondisi awan di daerah tersebut sebelum melakukan penyemaian garam untuk membuat hujan buatan. "Kalau hujannya jatuh di area kebakaran, dia akan mematikan kebakaran. Kalau dia jatuh di sekitarnya, itu juga bisa untuk menahan api supaya tidak ke mana-mana," kata Tri.
Bersama Badan Restorasi Gambut (BRG), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan perusahaan swasta yang mengelola lahan gambut, BPPT juga melakukan pemasangan alat pengukur level air gambut yang diberi nama Smokies (Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia) sebagai sistem peringatan kebakaran hutan. "Itu penting, karena gambut itu kalau kering kan dibakar. Kita jaga supaya level air tetap rendah dari permukaan tanah," ujarnya.
Berdasarkan aturan pemerintah, level air di lahan gambut tidak boleh lebih rendah dari 40 cm ke bawah. Jika menyentuh angka tersebut, air lahan gambut harus dinaikkan. "Cara menaikkan air gambut itu ada macam-macam. Bisa dengan menahan air di kanal atau dengan hujan buatan itu."
Selain Riau, sejumlah provinsi langganan karhutla seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah juga bekerja sama dengan BPPT untuk mencegah perilaku pembakaran hutan dan lahan, salah satunya dengan modifikasi hujan buatan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Teguh Surya meminta pemerintah agar memperjelas secara detail kebijakan moratorium hutan primer dan gambut yang akan dipermanenkan. "Perpanjangan ini harus jelas definisinya, detailnya, karena yang sering merepotkan masalah detailnya," katanya.
Ia berharap, pemerintah melibatkan masyarakat untuk ikut memberikan penguatan atas rencana penetapan moratorium hutan primer dan gambut. Pasalnya, antusiasme masyarakat cukup besar menyambut kebijakan tersebut.
Pakar sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero menyarankan pemerintah perlu membuat indikator dan kriteria jelas terkait pengecualian moratorium hutan primer dan gambut yang akan dipermanenkan.
"Pengecualian ini harus ada indikator yang jelas serta jangan menimbulkan multitafsir dan harus tegas."
Reportase : Seruni Rara Jingga
Editor : Herman Sina