Serapan Properti Tertekan Liburan

Ilustrasi properti. (ANTARA | ADITYA PRADANA PUTRA)
JAKARTA (HN) -
Serapan pasar properti, khususnya sektor kondominium melemah, baik dalam sisi penyewaan maupun okupansi hunian hingga kuartal II-2019. Selain aktivitas pasar cenderung stagnan, hal ini juga dipengaruhi penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) dan Hari Raya Idul Fitri.
"Masa liburan itu memicu pembelian properti tidak menjadi prioritas," ujar Head of Advisory Jones Lang LaSalle (JLL) Vivin Harsanto di Jakarta, Rabu (17/7).
Berdasarkan data JLL, penyerapan kondominium sekitar 79 ribu meter persegi (m2) dengan tambahan pasokan baru 118 ribu m2.
Penjualan kondominium pada periode tersebut 730 unit dengan tingkat penjualan 63 persen. Kondominium peluncuran baru 400 unit, stok tersedia 157 ribu unit, dan kebutuhan masa depan 46 ribu unit.
Hingga saat ini, pengembang, baik swasta maupun asing, serta pengembang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih cukup aktif mempersiapkan produk-produk yang akan diluncurkan.
"Revisi peraturan pajak properti yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat mendorong segmen atas dan mewah dapat kembali bergairah di masa mendatang," katanya.
Country Head JLL James Allan mengatakan, kepercayaan investor semakin meningkat karena daya tarik investasi di Indonesia besar pascapemilu. Pemilu, kata dia, tidak berdampak bagi sektor properti.
"Saya tidak melihat dampak yang membuat menurun atau meningkat karena pemilu pengaruhnya sangat terbatas," ujarnya.
Saat ini, investor properti masih menghadapi tantangan imbal hasil dan sewa. Ke depan, ia berharap pemerintah dapat menyambut investasi asing dengan menyediakan regulasi yang ramah bagi investor.
"Lima tahun terakhir, pemerintah telah memperbaiki berbagai kebijakan investasi. Terbukti dengan peningkatan peringkat kemudahan bisnis (EoDB). Ini akan berlanjut ke depan," katanya.
Head of Research JLL James Taylor mengatakan, harga sewa properti kelas mewah menurun 1,3 persen pada kuartal II-2019. Namun, ia berharap berbagai revisi kebijakan perpajakan dapat mendorong peningkatan tingkat sewa pada semester II-2019.
"Kami harap semester II ekonomi membaik, politik mereda, pembangunan infrastruktur menjadi lebih baik di beberapa tempat, dan rupiah (semakin) stabil," ujarnya.
Taylor mengatakan, penurunan harga sewa sektor ritel disebabkan tingkat okupansi tinggi dan tidak banyak ketersediaan properti. Harga sewa akan bertumbuh moderat. Pada kuartal II-2019, tingkat serapan sektor ritel sekitar 2.000 m2 dengan tingkat okupansi 88 persen.
"Tingkat permintaan sektor ritel masih cukup stabil dengan sektor fast fashion dan F&B sebagai peritel paling aktif," katanya.
Kepala Pemasaran Jones Lang LaSalle (JLL) Angela Wibawa mengatakan, geliat properti di seputaran MRT Jakarta ini akan berpeluang makin kencang di semester II-2019. Potensinya cukup besar di tengah pergeseran gaya hidup kaum milenial kota yang mengedepankan aksesibilitas dan kepraktisan kerja.
Peluang ini diperkuat dengan semakin kondusifnya situasi politik belakangan ini. "Komitmen Presiden Jokowi untuk terus menggenjot infrastruktur di periode kepemimpinan berikutnya ikut memberikan harapan dan kepastian berusaha, yang siap mendongkrak sektor properti ke depan."
Reportase : Khairul Kahfi
Editor : Didik Purwanto