Siapkan Fisik dan Mental Jelang Puncak Ibadah Haji

Wukuf di Arafah. (HARIAN NASIONAL | MAKHFUDZ SAPPE)
JAKARTA (HN) -
"Fisik dan mental menjadi hal yang paling penting karena berkaitan dengan dampak serta risiko," kata kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid dihubungi HARIAN NASIONAL dari Jakarta, Selasa (6/8).
Menurut Subhan, kurangnya persiapan fisik dan mental berpotensi memicu persoalan seperti menurunnya kesehatan jamaah.
"Apalagi jamaah itu akan mengikuti serangkaian kegiatan puncak haji, 8 sampai 13 Dzulhijah atau 9 hingga 14 Agustus. Karena itu, kami rajin mengimbau jamaah untuk menjaga kondisi fisik kebugaran tubuh," kata Subhan menegaskan.
Subhan menyatakan, hingga kemarin, 211.542 jamaah dari 526 kelompok terbang (kloter) sudah tiba di Tanah Suci. Selain itu, terdapat pula lima kloter terakhir dari Indonesia ke Arab Saudi.
Sedangkan, terkait jamaah meninggal dunia di Tanah Suci, Subhan mencatat, jumlahnya mencapai 73 orang.
Pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Dzulhijah 1440 H pada Jumat (2/8).Wukuf di Arafah dilaksanakan 10 Agustus 2019. Untuk lontar jumrah, jamaah Indonesia mendapat jadwal pada 10 Dzulhijah tengah malam sesuai edaran jadwal Pemerintah Arab Saudi. Sebelumnya, Subhan menjelaskan, pihaknya sudah menerima surat dari Kementerian Haji Arab Saudi melalui Muassasah terkait jadwal lontar jumrah pada 10, 11 , 12, dan 13 Dzulhijah.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Edi Supriyatna menyatakan, jamaah Indonesia memang harus menjaga kebugaran fisik jelang puncak ibadah haji. Sebab, dia mengungkapkan, ada potensi jamaah Indonesia terkena dehidrasi merespon kondisi cuaca di Arab Saudi saat ini.
"Cuaca di Mekkah itu 36 derajat Celcius dengan kelembapan 13-14 persen. Dengan kondisi demikian potensi untuk dehidrasi tetap ada," kata Edi dikonfirmasi terpisah.
Namun, Edi mengungkapkan, jamaah secara umum dalam kondisi baik. Petugas kesehatan haji terus memberikan dukungan kepada para jamaah Indonesia untuk selalu semangat menjalani rangkaian ibadah haji.
"Dukungan untuk terus berperilaku sehat kami gencarkan. Sebab dengan begitu jamaah semangat dan bisa melaksanakan ibadah dengan baik," ungkap Edi.
Edi menuturkan, jumlah jamaah sakit yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah sudah tidak ada. Namun, kata dia, sebanyak 10 jamaah masih dirawat Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
"Data jamaah yang sakit di KKHI Mekkah ada 58 orang dan RSAS ada 177 orang."
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka mengatakan, Kemenkes menyediakan 29 ambulans yang tersebar untuk tiga daerah kerja yaitu Mekkah, Madinah, dan bandara.
Sementara itu, Kasubdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Kemenag Nasrullah Jasam menyatakan, sebanyak 213.882 visa jamaah sudah diselesaikan dan diterbitkan hingga penutupan sistem e-visa pada Minggu (4/8) lalu.
Jamaah asal Indonesia diimbau menyiapkan fisik maupun mental menjelang puncak proses ibadah haji 1440 H/2019 M. Kedua hal ini dinilai krusial lantaran bagian dari upaya menyiapkan optimal serangkaian ibadah yang akan dilakukan pada puncak haji.
"Fisik dan mental menjadi hal yang paling penting karena berkaitan dengan dampak serta risiko," kata kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kementerian Agama (Kemenag) Subhan Cholid dihubungi HARIAN NASIONAL dari Jakarta, Selasa (6/8).
Menurut Subhan, kurangnya persiapan fisik dan mental berpotensi memicu persoalan seperti menurunnya kesehatan jamaah.
Subhan menyatakan, hingga kemarin, 211.542 jamaah dari 526 kelompok terbang (kloter) sudah tiba di Tanah Suci. Selain itu, terdapat pula lima kloter terakhir dari Indonesia ke Arab Saudi.
Sedangkan, terkait jamaah meninggal dunia di Tanah Suci, Subhan mencatat, jumlahnya mencapai 73 orang.
Pemerintah Arab Saudi menetapkan 1 Dzulhijah 1440 H pada Jumat (2/8).Wukuf di Arafah dilaksanakan 10 Agustus 2019. Untuk lontar jumrah, jamaah Indonesia mendapat jadwal pada 10 Dzulhijah tengah malam sesuai edaran jadwal Pemerintah Arab Saudi. Sebelumnya, Subhan menjelaskan, pihaknya sudah menerima surat dari Kementerian Haji Arab Saudi melalui Muassasah terkait jadwal lontar jumrah pada 10, 11 , 12, dan 13 Dzulhijah.
Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Edi Supriyatna menyatakan, jamaah Indonesia memang harus menjaga kebugaran fisik jelang puncak ibadah haji. Sebab, dia mengungkapkan, ada potensi jamaah Indonesia terkena dehidrasi merespon kondisi cuaca di Arab Saudi saat ini.
"Cuaca di Mekkah itu 36 derajat Celcius dengan kelembapan 13-14 persen. Dengan kondisi demikian potensi untuk dehidrasi tetap ada," kata Edi dikonfirmasi terpisah.
Namun, Edi mengungkapkan, jamaah secara umum dalam kondisi baik. Petugas kesehatan haji terus memberikan dukungan kepada para jamaah Indonesia untuk selalu semangat menjalani rangkaian ibadah haji.
"Dukungan untuk terus berperilaku sehat kami gencarkan. Sebab dengan begitu jamaah semangat dan bisa melaksanakan ibadah dengan baik," ungkap Edi.
Edi menuturkan, jumlah jamaah sakit yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah sudah tidak ada. Namun, kata dia, sebanyak 10 jamaah masih dirawat Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
"Data jamaah yang sakit di KKHI Mekkah ada 58 orang dan RSAS ada 177 orang."
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusuf Singka mengatakan, Kemenkes menyediakan 29 ambulans yang tersebar untuk tiga daerah kerja yaitu Mekkah, Madinah, dan bandara.
Sementara itu, Kasubdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Kemenag Nasrullah Jasam menyatakan, sebanyak 213.882 visa jamaah sudah diselesaikan dan diterbitkan hingga penutupan sistem e-visa pada Minggu (4/8) lalu.
Reportase : Ridsha Vimanda Nasution
Editor : Aria Triyudha