Investasi Domestik Masih Menarik

Ilustrasi (AFP | DANIEL LEAL-OLIVAS)
JAKARTA (HN) -
Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve kembali memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) di rentang 1,75-2 persen. Pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Kamis (19/9) yang ditutup turun 32,16 poin (0,51 persen) menjadi 6.244,47.
Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga acuan ketiga kali secara berurutan sebanyak 25 bps menjadi 5,25 persen.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, pernyataan Gubernur The Fed menekan kinerja beberapa pasar modal global di Asia, tak terkecuali Indonesia. The Fed seolah-olah menyatakan telah menurunkan suku bunga acuan terakhir pada tahun ini.
"Padahal pasar berharap FFR turun lebih banyak. Pasar berharap tiga kali turun. Pernyataan tersebut menjadi sentimen negatif bagi pasar," ujarnya kepada HARIAN NASIONAL.
Ke depan, kata dia, Indonesia tidak perlu khawatir atas penarikan modal asing dari dalam negeri (capital outflow) selepas penurunan suku bunga acuan BI. Hans menilai, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun masih cukup tinggi di level 7 persen. "Yield di Indonesia 7 persen, padahal bunga kita cuma 4 persen, masih sangat tinggi," katanya.
Pertumbuhan ekonomi yang masih cukup bagus dan tingkat inflasi terkendali, kata dia, mendorong aliran modal asing ke dalam negeri (capital inflow). Selain itu, stabilitas pasar keuangan dinilai menjadi katalis positif.
Ke depan, ia menyarankan pemerintah memangkas aturan perizinan investasi dan kepastian hukum aliran modal asing langsung (FDI) ke dalam negeri. Hans memproyeksi kinerja pasar modal pada Jumat (20/9 di rentang 6.236-6.193 dan 6.282-6.318.
Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, kinerja IHSG Kamis (19/9) dipengaruhi komentar The Fed yang cukup hawkish pasca-penurunan suku bunga. BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps keputusan tepat untuk merespon penurunan suku bunga acuan bank sentral lain.
"Bila suku bunga lebih tinggi dibanding suku bunga negara lain, investasi langsung akan lebih tertarik ke luar negeri karena rendahnya biaya pinjaman di waktu mendatang," katanya.
Reportase : Khairul Kahfi
Editor : Didik Purwanto