NEW YORK BAKERY
Pergolakan Batin & Sisi Lain

Tragedi, perang, Yahudi, sekat-sekat yang dikaburkan, dan adonan telur. Juga sup ikan dan Girls' Generation. Semua itu setidaknya menyoroti sedikit rangkuman cerita dalam antologi cerita pendek dalam buku ini.
Dan, New York Bakery dibuka dengan cerpen berjudul sama karya Kim Yeon-su.
Alkisah seorang pemuda yang mengenang perjuangan berat orangtuanya, terutama sang ibu, dalam mempertahankan usaha yang dirintis sejak lama. Sebuah toko bakery ternama yang sempat pindah lokasi, hingga akhirnya gulung tikar selamanya.
Pemuda itu mengenang masa lalunya tumbuh sebagai anak pembuat roti. Sewaktu kecil ia tak dapat membaca masa-masa sulit akibat perekonomian yang lesu, sementara ibunya berupaya konsisten dengan menjual roti buatan sendiri.
Yang ia pahami kala itu hanyalah, ia dan saudaranya menikmati jatah mereka dari toko. Yakni pinggiran roti yang, bagaimanapun rasanya, tetaplah enak. Padahal, mereka sering dijadikan bahan pembicaraan. Banyak orang menilai mereka beruntung bisa menikmati roti setiap hari tanpa perlu membayar.
Namun, hari bergulir dan zaman berganti. Anak pembuat roti itu pun tumbuh dewasa. Ia memiliki cita-cita sendiri yang membuatnya jauh dari rumah. Hingga satu hari ia kembali ke kampung halaman dan teringat masa lalunya, terutama toko roti yang andil membentuk dirinya seperti sekarang.
Ketika sudah tak mampu lagi bertahan, undur diri dari persaingan masih jadi pilihan.
"Aku meyakinkan diri beberapa kali untuk tidak pesimistis melihat perubahan karena kehidupan memang demikian," demikian tokoh aku menarasikan kesadarannya dalam cerpen ini.
Ia melanjutkan, "Yang muncul sebelum aku lahir itu bisa hilang lebih dahulu. Kejadian yang lumrah di tengah dunia yang normal ini. Demikian juga, hilangnya New York Bakery dari bumi untuk selama-lamanya."
New York Bakery hanya satu dari total 14 karya penulis Korea Selatan lintas era dan generasi yang dihimpun dalam buku ini. Beberapa cerpen lain seperti Penyihir Jalanan, Kisah Mi, Dikawal Cahaya, Musim Dingin di Luar Jendela, dan Metamorfosismu menawarkan kekhasan tersendiri.
Dari semua karya, ada dua cerita yang ditulis generasi masa kini. Salah satunya, Setiap Orang Mencintai Girls' Generation.
Meski beda zaman dan rentang pengalaman, cerita-cerita dalam buku ini tak lepas dari tema besar yang juga melanda dunia. Persoalan-persoalan sepele, termasuk bullying, yang masih saja terjadi hingga hari ini.
Isu-isu seputar modernisasi, globalisasi, bahkan digitalisasi diangkat. Dikemas kembali dalam perspektif dan teknik narasi yang beraneka.
Sulit dibantah, modernisasi andil besar dalam pergeseran budaya di negeri itu. Dan, sebagaimana tecermin dalam New York Bakery, orang Korea cenderung memilih bangkit dan optimistis. Walaupun demikian, elemen-elemen modern tidak lantas membuat mereka meninggalkan tradisi dan identitas mereka.
"Cerita pendek Korea yang terkumpul dalam antologi ini ibarat lanskap gunung dan ngarai, yang menyimpan keunikan dan kekayaan habitat. Sungi sekaligus gaduh, cermin sekaligus jendela. Banyak yang dapat kita pelajari. Orang-orangnya, budayanya, distopia dan utopia, serta spirit dan filosofi Korea," tulis Tengsoe Tjahjono dalam pengantar.