Hong Kong Menuju 'Kehancuran Total'

Polisi anti huru-hara menahan dua pria, distrik Central Hong Kong, 13 November 2019. (AFP | DALE DE LA REY )
Mahasiswa asal China ketakutan dan berusaha meninggalkan kampus.
HONG KONG (HN) - Demonstran pro-demokrasi Hong Kong mengampanyekan slogan "unjuk rasa di mana-mana", Rabu (13/11). Sementara, situasi mencekam di sejumlah kampus memaksa mahasiswa asal China kabur menyelamatkan diri.
Krisis di kota semi-otonom tersebut memasuki fase baru, setelah aksi protes selama lima bulan. Lebih runcing, lebih kacau. Bentrokan massa dengan aparat keamanan semakin brutal. Senin (11/11) lalu, polisi menembak seorang demonstran dengan peluru tajam. Di hari yang sama, demonstran membakar seorang paruh baya pro-Beijing.
Sekolah dan kampus diliburkan, kebanyakan tanpa batas waktu. Sejumlah pusat perbelanjaan tutup. Jasa transportasi publik, terutama kereta komuter, pun dihentikan. Situasi tersebut, menurut pihak kepolisian, membuat sistem hukum "hampir kolaps" dan menggiring Hong Kong menuju "kehancuran total".
"Para perusuh itu berniat menggiring Hong Kong menuju kehancuran total. Tidak ada alasan atau motif politik yang dapat membenarkan kegilaan ini," kata Juru Bicara Kepolisian Hong Kong John Tse.
Bentrokan sengit terjadi di Chinese University of Hong Kong (CUHK), dekat pantai di timur, Selasa (12/11). Polisi menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet. Demonstran membalas dengan lemparan granat bensin dan batu bata, melumpuhkan jalan-jalan kunci, juga kampus dan daerah sekitarnya.
Pada hari berikutnya, sekelompok mahasiswa asal China di CUHK berbondong-bondong meninggalkan kampus. Mereka takut jadi sasaran keberingasan pengunjuk rasa. Polisi membantu evakuasi dengan perahu karet lantaran jalan masuk dan keluar kampus diblokade demonstran.
"Polisi menurunkan sejumlah personel untuk mengevakuasi kelompok mahasiswa asal China ke tempat aman."
Hong Kong University of Science and Technology menyediakan layanan bus khusus untuk mengantar mahasiswa ke stasiun kereta yang melayani perjalanan ke China daratan. "Meskipun tidak ada ancaman nyata, kami memahami beberapa staf dan mahasiswa ingin menyelamatkan diri," pernyataan pihak universitas dalam email yang dikirimkan kepada seluruh mahasiswa.
Hong Kong Baptist University menghentikan aktivitas perkuliahan selama dua pekan jelang jadwal akhir semester.
Perkuliahan dialihkan ke sesi daring bagi mahasiswa yang ingin kembali ke China. Tabloid nasionalis Global Times menggambarkan situasi saat ini sebagai "Hari Pelarian".
"Kami tidak bisa pergi ke kampus. Itu berisiko," kata Zhang, seorang mahasiswa pascasarjana University of Hong Kong. "Keadaan sangat mencekam. Saya tinggal di apartemen mahasiswa dan sejauh ini baik-baik saja. Namun, saya khawatir tidak bisa lari jika terjadi sesuatu."
"Saya tidak tahan, lebih baik pergi," kata mahasiswa lainnya.
Reportase : AFP | Rahmi Yati Abrar
Editor : Dani Wicaksono