Belanja Online vs Pasar Konvensional

Forum E-Commerce Indonesia 2019. (HARIAN NASIONAL | BAYU INDRA KAHURIPAN )
Tuntutan zaman membuat setiap kegiatan harus dilakukan secara cepat. Akibatnya rutinitas padat menjadi menu sehari-hari masyarakat. Ini berimbas kepada kesulitan dalam berbelanja karena selalu disibukkan dengan kegiatan itu.
Hadirnya e-commerce seolah menjawab segala permasalahan tersebut. Kemudahan berbelanja membuat masyarakat tidak perlu repot datang ke toko langsung. Cukup menunggu di rumah, barang yang dipesan mereka akan langsung tiba sesuai dengan kesepakatan.
Kemudahan yang memanjakan masyarakat ini secara tidak sadar memberikan tamparan keras kepada pelaku usaha konvensional. Lambat laun usaha tersebut akan semakin ditinggalkan. Sebab saat ini banyak orang yang sudah malas untuk datang ke toko langsung.
Namun, Direktur Nielsen Company Indonesia Rusdy Sumantri justru memiliki penilaian yang berbeda. Ia melihat hadirnya e-commerce jutru tidak mematikan peran toko konvensional. Sebaliknya, membantu perkembangan toko tersebut.
"Kalau saya tidak melihat sampai ke sana. Kami memang belum punya data, tapi dari pandangan saya, apa yang terjadi sekarang, e-commerce tidak akan menggeser peran perdagangan secara langsung (offline). Soalnya e-commerce yang sudah maju, toko offline-nya yang dimilikinya juga masih ada," terangnya.
"Cuma nanti yang terjadi akan berbeda. Ada integrasi antara pemain e-commerce dengan toko offline. Jadi, akan berdampingan. Saya melihat ke depannya di beberapa negara juga akan seperti itu," tambahnya.
Memang harus diakui, perkembangan digital membuat toko konvensional harus melakukan langkah modernisasi. Adanya keinginan dari pasar untuk berbelanja lebih mudah membuat mereka juga harus membuka toko online. Tentunya hal ini bisa menjadi semacam simbiosis mutualisme dengan perusahaan e-commerce papan atas.
Di satu sisi perusahaan membutuhkan barang untuk diperdagangkan, di sisi lain toko konvensional membutuhkan wadah untuk menjual barang-barangnya.
Namun, Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia Ignatius Untung tidak menampik adanya pergeseran tren dari belanja konvensional ke online. Ia menilai hal ini merupakan dampak lain dari hadirnya kemudahan yang ditawarkan e-commerce.
"Jadi, ketika kita mendorong orang belanja online, kita harus sadar ini bukan berarti terus mendorong pertumbuhan belanja," kata dia.
"Kalau untuk barang-barang kebutuhan non-pokok mungkin iya karena yang tadinya tidak butuh bisa jadi butuh karena digoda. Namun kalau kebutuhan pokok berbeda, kan sudah dibeli juga. Setiap bulan pun masyarakat beli. Nah, di sini bisa saja belinya pindah, misal dari pasar tradisional atau pun supermarket ke online," ungkapnya.
Senada Rusdy, Untung juga mengaku hal ini membuat toko konvensional mulai menerapkan langkah modernisasi. Sudah banyak toko-toko ini yang mulai menjajakan barangnya secara online.
Namun, bukan berarti hadirnya toko online membuat persoalan belanja menjadi sangat mudah. Dalam hal ini para pelaku e-commerce juga harus menghadapi tantangan dalam memasarkan produknya.
Efek Simultan
Belanja online nyatanya tidak selalu memberikan efek positif bagi masyarakat. Keseruan dan antusiasme akan aktivitas ini secara simultan di sisi lain juga mampu memberikan hal ‘negatif'.
Harbolnas membuat masyarakat kegirangan dengan beragam barang-barang murah yang ditawarkan. Namun, harus diingat, ini menciptakan gaya hidup baru konsumerisme.
Kondisi ini juga memberikan efek domino kepada para pelaku usaha. Budaya konsumerisme ini membuat mereka berlomba-lomba meningkatkan kegiatan produksi barangnya. Alhasil, energi yang timbul dari meningkatnya kegiatan produksi ini diklaim mampu membawa efek buruk bagi kenaikan suhu bumi.
"Masyarakat dunia mempunyai target untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 °C. Salah satu hal yang harus kita lakukan untuk mencapai target itu adalah dengan mengendalikan perilaku konsumtif," kata Juru Kampanye Urban
Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (8/12).
Tidak hanya itu, meningkatnya kegiatan berbelanja akibat Harbolnas membuat beberapa kegiatan rumah tangga yang berdampak kepada kenaikan suhu ikut meningkat. Antara lain mencuci, mengeringkan, dan menyetrika baju.
Reportase : Bintang Rahmat
Editor : Devy Lubis