Optimalkan Fasilitas Penunjang

Ilustrasi riset. (LIPI | HUMAS)
Keterbatasan fasilitas penunjang menjadi salah satu kendala untuk memaksimalkan riset sektor kesehatan di Indonesia. Kendala ini diakui Kepala Laboratorium Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Andria Agustina. Menurut dia, fasilitas penunjang riset bidang kesehatan kerap membutuhkan biaya yang mahal. Di sisi lain, pembiayaan pengadaan fasilitas penunjang untuk riset menjadi satu dengan pendanaan aktivitas riset itu sendiri.
"Sehingga, upaya yang lebih strategis melalui sharing resource laboratory karena fasilitas ini biasanya berupa alat besar. Kalaupun ada pendanaan sendiri jadi pemborosan," kata dia kepada HARIAN NASIONAL, belum lama ini.
Bagi Sekretaris Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi Prakoso, amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memenuhi fasilitas penelitian, pengembangan, dan pengkajian. Poinnya tentang lembaga terkait yang memiliki fasilitas agar dapat diakses oleh peneliti di Indonesia.
"Asal memenuhi ketentuan seperti kriteria proposalnya telah uji ilmiah dan lolos komisi etik," kata dia.
Menurut Prakoso, efisiensi melalui sharing resources laboratory diharapkan dapat memicu produktivitas peneliti lebih cepat. Untuk pendanaan fasilitas penunjang, hal ini diwadahi oleh Ditjen Sumber Daya Iptek Dikti di bawah naungan Kemenristek.
"Untuk antisipasi jangka pendeknya, pemerintah membuat skema yang dikembangkan misalnya dengan pinjaman kepada swasta atau pinjaman luar negeri," kata dia.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengungkapkan, salah satu fasilitas pengembangan pusat genomik nasional ada di lembaga yang dipimpinnya. Di dalamnya, terdapat beragam fasilitas laboratorium, piranti lunak, dan keras untuk pengolahan data fasilitas pusat genomik.
"Target akhirnya mereka dalam mengolah data genomik patogen dari sumber manusia, hewan, pertanian ini dapat dimanfaatkan bagi pengembangan berbagai macam tes diagnostik molekul, pengembangan obat baru, serta vaksin," kata dia.
Reportase : Ramadani WN
Editor : Aria Triyudha