Harga Mahal Wujudkan Misi Tuan Rumah Olimpiade 2032

Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari (ANTARA | HAFIDZ MUBARAK A )
Indonesia perlu menyiapkan bujet ekstra untuk mewujudkan misi menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 Tokyo. Sebab, biaya mempromosikan kesiapan Merah Putih ke mata internasional tidaklah murah.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengaku mengajukan Rp 240 miliar untuk membawa dua misi di Olimpiade 2020 Tokyo. Sebanyak Rp 40 miliar dialokasikan sebagai biaya pengiriman Kontingen Indonesia yang akan tampil di Olimpiade. Sisanya untuk biaya pembangunan Rumah Indonesia.
"Butuh Rp 200 miliar untuk membangun rumah Indonesia sebagai tempat promosi selama Olimpiade Tokyo," ujar Okto, sapaan karib Raja Sapta, usai pelantikan Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (25/2).
Bujet pembangunan Rumah Indonesia terbilang mahal. Bahkan, mencapai lima kali lipat dari pengiriman kontingen Merah Putih yang akan berlaga.
Okto menjelaskan, Rumah Indonesia ini akan diisi beragam promosi tentang Nusantara, baik dari segi keragaman budaya dan cabang olahraga (cabor) khas Indonesia. Hadirnya rumah ini diharapkan bisa memuluskan keinginan Indonesia menjadi negara pertama penyelenggara Olimpiade di Asia Tenggara.
"Memang akan menghabiskan dana yang sangat besar. Namun, kalau diingat Jepang untuk memenangkan bidding Olimpiade 2020 ini tidak mudah. Mereka pernah kalah satu kali dan sudah menghabiskan uang triliunan rupiah untuk bisa menang," ujar Okto.
Rencana tersebut kata Okto masih menunggu persetujuan Presiden Joko Widodo. Keputusannya akan ditentukan melalui rapat terbatas, pekan depan. Jika disetujui, pembangunan Rumah Indonesia akan dibangun di lahan seluas 1.500 meter persegi.
"Pembangunannya nanti dilakukan Kementerian Pariwisata atau Kementerian Perdagangan. Harapan kami keputusannya sudah ada minggu depan, sehingga pembangunannya bisa segera dimulai dan harus selesai sebelum Olimpiade dimulai. Targetnya Mei sudah kelar," ujarnya.
Reportase : Moh Said Mashur
Editor : Brigitha Sesilya