Protokol Kesehatan Olahraga Dibutuhkan

JAKARTA (HN) - Pemerintah diharapkan segera menyusun panduan protokol kesehatan di bidang olahraga. Hal ini dibutuhkan agar program latihan para atlet elite dapat berjalan maksimal serta kompetisi profesional Tanah Air bisa bergulir lagi.
"Menindaklanjuti COVID-19, sampai mana kami harus terus melatih para atlet-atlet dari rumah? Apakah ada strategi pelatihan khusus untuk atlet elite agar bisa latihan kembali?" kata pelatih renang nasional berpaspor Prancis David Armandoni dalam webinar bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Kamis (14/5).
Sejak Maret, semua kegiatan keolahragaan terhenti imbas virus corona baru (COVID-19). Hanya beberapa cabang olahraga (cabor) yang bisa menggelar sentralisasi pemusatan latihan nasional (pelatnas) secara tertutup. Namun, mayoritas harus memulangkan para atletnya.
Renang salah satu di antaranya. Federasi pimpinan Anindya Bakrie ini tidak seberuntung bulu tangkis, angkat besi, serta dayung yang masih bisa menggelar sentralsasi pelatnas. Sebab, mereka tak memiliki mess khusus dan masih berlatih di fasilitas publik, sehingga dikhawatirkan berisiko untuk menggelar latihan.
Selama latihan di rumah, Armando sekadar memberikan program strength and conditioning kepada anak-anak latihnya. Hal ini tentu tak cukup mengingat renang memerlukan media air untuk berlatih demi mengejar target prestasi maksimal.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengakui situasi sulit yang dihadapi cabor saat ini. Ia meminta cabor-cabor yang merasa bisa dan aman untuk menggelar pelatnas kembali dapat mengajukan surat permohonan dispensasi ke Kemenpora.
"Untuk di kolam renang memang sulit virus masuk ke situ karena cairan kimia pembersih kolam itu bisa menetralisasi air. Saya kira aman, tetapi masalahnya adalah saat atlet itu datang dan pulang ke tempat latihan yang perlu diawasi," kata Amali.
"Tolong PB PRSI menulis dulu surat permohonan dispensasi. Sampaikan rencana latihannya seperti apa agar kami dapat mengevaluasi apakah atlet-atlet bisa terjaga."
Sebenarnya bukan cuma pelatnas yang terganggu, nasib pemain-pemain profesional juga terancam karena kelanjutan kompetisi musim ini belum jelas. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) masih menggantung nasib Liga 1 dan Liga 2 hingga 29 Mei.
Sementara PT Bola Basket Indonesia, operator Indonesian Basketball League (IBL), berharap dapat melanjutkan kompetisi pada September. Dengan catatan, tidak ada format home-away (kandang-tandang) di putaran playoff. Sedangkan untuk Proliga sudah memutuskan untuk menghentikan kompetisi sejak Maret.
Terkait hal ini, Menpora belum bisa berjanji. Menurutnya perlu sinergi banyak pihak untuk memutuskan kelanjutan kompetisi.
"Sebenarnya Gugus tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah menyarankan jika ingin menggelar pertandingan tanpa penonton, operator dan klub harus melakukan rapid test atau swab test untuk pemain dan staf. Namun, belum ada respons hingga saat ini," terang Amali.
Menindaklanjuti pernyataan Amali, HARIAN NASIONAL mencoba menghubungi Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PSSI Yunus Nusi untuk mengonfirmasi masalah tersebut. Namun, pesan singkat dan telepon tidak direspon olehnya.