Fraksi PDI-Perjuangan Tekankan Pencegahan Penularan

Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain hingga kini juga masih kewalahan dalam mendata jumlah kasus positif COVID-19. Dia mencontohkan, Italia yang memiliki sistem kesehatan terbaik di benua Eropa juga tidak memiliki data yang akurat. Tak jarang, mereka melakukan penguburan pasien yang meninggal tanpa diketahui secara pasti apakah meninggal karena terjangkit COVID-19 atau tidak.
"China juga merevisi datanya belakangan karena tidak akurat, padahal mereka jadi acuan sebagai kasus awal," kata Gilbert di Jakarta, Senin (1/5).
Politikus dari Fraksi PDIP-P itu menambahkan, sebanyak apapun pemeriksaan yang dilakukan akan selalu ada kemungkinan 10 persen masyarakat yang terinfeksi COVID-19 namun tidak diperiksa. "Sementara dari dua kasus di Depok saja tertular se-Indonesia," ujarnya.
Oleh karena itu, memasuki masa pelonggaran nanti diharapkan pemerintah mampu menerapkan protokol pencegahan penularan kepada masyarakat yang mulai kembali ke aktivitasnya semula. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus siap melakukan perencanaan terkait sosialisasi dalam rangka upaya pencegahan, khususnya pada masyarakat kelas bawah.
"Sosialisasi ke kelompok ini bisa dilakukan melalui RT dan RW. Mengingat kemampuan mereka terbatas, masker tetap harus diberikan secara berkala," ujar Gilbert.
Mantan Wakil Ketua Regional South East Asia Regional Office International Agency for Prevention of Blindness WHO itu juga mengatakan, alih-alih menggunakan istilah new normal, lebih baik menggantinya menjadi persiapan pelonggaran. Ini dilakukan agar masyarakat tidak terbawa euforia saat memasuki masa tersebut.
"Agar masyarakat tidak euforia, istilah new normal sebaiknya diganti dengan persiapan pelonggaran. Gelombang kedua wabah flu Spanyol terjadi karena masyarakat euforia," ujar dia.