World Diabetes Day 2020
Ubah Gaya Hidup demi Masa Depan Lebih Baik

Peringatan World Diabetes Day (WDD) atau Hari Diabetes Sedunia 2020 ditandai dengan menguatnya dukungan keluarga sebagai pendamping atau pengasuh (caregiver) terhadap penyandang diabetes (diabetesi). Meski di tengah pandemi, peran keluarga untuk memberi penanganan pertama, memotivasi diabetesi tetap hidup sehat, serta mencegah risiko komplikasi diabetes, menjadi sangat penting.
"Upaya kita bersama menurunkan angka kematian maupun risiko komplikasi diabetes sangat terkait dengan kepatuhan dan kedisiplinan diabetesi menjalankan gaya hidup dan pola makan sehat, dengan asupan nutrisi yang memadai bagi penyandang diabetes,” ujar Director of Special Needs and Healthy Lifestyle Nutrition KALBE Nutritional Tunghadi Indra, dalam keterangan pers yang diterima harnas.co, Selasa (1/12).
Ia menambahkan, “Dukungan keluarga sangat penting agar diabetesi secara bertahap sadar dan bersedia mengubah gaya hidup agar lebih sehat. Kami juga berkomitmen untuk mempermudah upaya keluarga sebagai caregiver melatih kedisiplinan dan mengontrol asupan nutrisi penyandang diabetes.”
Riset American Diabetes Association pada 2019, yang melibatkan 5000 responden orang dewasa penyandang diabetes, mengungkap pentingnya peran keluarga, teman, dan kerabat dalam meningkatkan kesejahteraan dan manajemen diri para diabetesi. Dalam hal ini, anggota keluarga diharapkan sadar untuk menjalankan peran dan tanggung jawab khusus dalam pengelolaan penyakit diabetes.
Keluarga dapat memberi berbagai bentuk dukungan langsung. Selain membantu menyuntik insulin, orang terdekat mencurahkan dukungan sosial dan emosional dalam membantu diabetesi menjalani kehidupan sehari-hari. Demikian pula soal kesejahteraan psikologis diabetesi. Dukungan dalam penerapan pola makan, olahraga, dan rekomendasi perawatan medis bagi diabetesi, dinilai sangat signifikan.
Ketua PERSADIA Nasional 2017-2020 sekaligus konsultan endokrin metabolik RS DR Soetomo Surabaya Agung Pranoto mengatakan, ajakan agar keluarga lebih proaktif menjalankan peran sebagai caregiver telah dimulai sejak dua tahun lalu.
“Awalnya keluarga diundang datang karena tingkat risiko yang lebih tinggi dari orang lain. Begitu diabetesi terdeteksi, kami minta keluarganya datang semua untuk early detection. Sesudah menjalani pemeriksaan awal, biasanya kami sudah bisa menggugah kesadaran keluarga untuk membantu penyandang diabetes mengubah gaya hidup dan pola konsumsi yang lebih sehat agar tetap produktif dan terhindar dari risiko komplikasi diabetes,” kata Agung, memaparkan.
Aktif secara fisik
Keluarga juga perlu mendorong diabetesi agar tetap aktif secara fisik, berolahraga sesuai kemampuan, mengonsumsi obat secara rutin sesuai petunjuk dokter, dan mematuhi pola makannya dengan teratur dan disiplin. Selain itu, keluarga dan caregiver perlu secara rutin memeriksa dan mencatat gula darah penyandang diabetes untuk mengetahui pola-polanya. Dengan demikian, dapat diketahui apakah perawatan diabetes yang dilakukan sudah sesuai atau perlu ada perubahan.
Untuk itulah, Executive Committee Member IDF Western Pacific Region (2009-2011 & 2012-2015) Sidartawan Soegondo menggarisbawahi pentingnya anggota keluarga memiliki pengetahuan memadai tentang diabetes agar mampu mendukung diabetesi dengan optimal.
“Beberapa hal yang dibutuhkan anggota keluarga di antaranya pengetahuan dasar tentang penyakit diabetes, strategi mengubah rutinitas, cara yang subtle untuk mengatasi aspek emosional diabetesi, serta bagaimana membangun kemandirian diabetesi agar tidak tergantung pada orang lain,” urainya.
Keluarga, kata dia, selayaknya memahami dengan baik perawatan dan manajemen diabetes yang tepat. “Caregiver harus mampu berada di depan, melatih gaya hidup baru pada diabetesi. Harus bisa berada di samping sebagai teman dan partner dalam mengubah gaya hidup, serta (dari belakang) menjadi pendorong motivasi diabetesi untuk patuh dan disiplin,” tegasnya.
Menyusun pilihan makanan yang sehat dan rencana makan yang ramah-diabetes dengan beragam makanan, misalnya. Ini akan membantu memastikan diabetesi mendapatkan jumlah protein, lemak, dan karbohidrat yang tepat, serta terhindar dari kebosanan.
Tak kalah penting bagi diabetesi untuk bersama-sama teman atau keluarga menjalani gaya hidup lebih sehat. Penyandang diabetes dapat ditawarkan untuk memulai program latihan atau menerapkan kebiasaan makan yang lebih baik.
“Agar penyandang diabetes tidak merasa sendirian, temani saat mengunjungi dokter, berolahraga bersama mereka, termasuk ikut hadir dalam kelompok pendukung diabetes,” tuturnya. Bergabung dengan kelompok pendukung diabetes memberikan kesempatan bagi keluarga untuk belajar memberi dukungan yang tepat dalam mengatasi dampak fisik penyakit diabetes, beserta dampak psikologisnya.
Sikap positif
Didiagnosis menyandang diabetes acapkali menjadi beban pikiran bagi setiap orang karena ada risiko komplikasi yang bisa saja terjadi. Oleh karena itulah, keluarga, teman dan kerabat diabetesi harus mampu menjaga agar diabetesi tetap berpikir positif dan memotivasinya untuk hidup sehat, bahkan menemaninya jika perlu.
Diabetesi akan cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya komplikasi yang justru bisa berdampak fatal. Seperti kelumpuhan, kebutaan atau bahkan meninggal dunia. Keluarga, teman dan kerabatlah yang harus mampu mendukung diabetesi secara konsisten untuk terus positif dan menghindari pikiran-pikiran negatif.
“Intinya, penyelesaian masalah diabetes terkait perubahan perilaku dan membangun sinergi positif antaranggota masyarakat, pemerintah dan tenaga profesional kesehatan, bahkan media massa untuk menumbuhkan iklim yang kondusif pada aspek pencegahan dan perubahan perilaku di tingkat individu, keluarga dan masyarakat,” papar Sidartawan.
“Di level keluarga, kita terus mempromosikan peran caregiver, mulai dari manajemen, perawatan, pencegahan dan pendidikan diabetes serta meningkatkan kesadaran akan dampak diabetes pada anggota keluarga lain dan jaringan pendukung mereka yang terdampak,” tambahnya.
Sidartawan menambahkan pentingnya kehadiran komunitas masyarakat sadar-diabetes dan keluarga peduli-diabetes untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan masyarakat dalam mengendalikan diabetes. Dengan prevalensi yang begitu tinggi, setiap orang pasti memiliki keluarga atau kerabat yang menderita diabetes, baik yang telah didiagnosis atau bahkan yang belum terdiagnosis.
Kini berbagai sumber pengetahuan bisa dimanfaatkan penyandang diabetes dan keluarga atau caregiver sudah tersedia daring dan cukup jelas. Setiap orang pun bisa mempelajari cara pengendalian dan pengelolaan diabetes.
Support system di kala pandemi
Menguatnya peran keluarga sebagai caregiver bagi diabetesi adalah secercah kabar baik di tengah pandemi COVID-19. Penanganan diabetesi di masa pandemi memang mengalami banyak hambatan, baik akibat langsung risiko infeksi COVID-19, maupun akibat tidak langsung dari adanya pembatasan sosial.
Orang lanjut usia dan orang dengan penyakit penyerta seperti penyakit diabetes lebih rentan mengalami risiko komplikasi bila terinfeksi COVID-19. Menurut data Satgas Penanganan COVID-19, diabetes adalah penyakit penyerta atau komorbid kedua terbanyak di Indonesia.
Senam diabetes, pertemuan-pertemuan edukasi diabetes, bahkan konsultasi tatap muka antara dokter dengan diabetesi menjadi hal yang menjadi semakin sulit dilakukan. Di sinilah peran keluarga sebagai caregiver menjadi penentu dalam keberhasilan manajemen diabetes di masa pandemi. Meskipun dengan panduan dokter yang lebih minim, namun dengan dukungan, bantuan dan pengawasan dari keluarga, diabetesi tetap bisa patuh pada gaya hidup sehat dan mengonsumsi asupan nutrisi untuk diabetes yang memadai.
Keluarga juga bisa mengadakan sesi olahraga bersama agar menstimulasi diabetesi untuk tetap aktif bergerak. Di peringatan WDD kali ini, Diabetasol memulai solusi mini edukasi virtual di seluruh Indonesia agar interaksi diabetesi, caregiver dan tenaga medis bisa kembali intensif, meskipun tidak ada tatap muka secara fisik.
“Kondisi pandemi mengharuskan penyandang diabetes lebih waspada dan berhati-hati untuk menjaga gula darahnya. Kami hadir dengan solusi yang memudahkan diabetesi dan keluarga menjalani pola makan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan kalori terukur,” papar Tunghadi Indra.