Pendampingan Pelaku Ekraf Poles Kualitas Produk Lokal

Berbagai program pendampingan bagi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) disiapkan agar dapat menghasilkan produk ekraf berdaya saing tinggi, bukan hanya untuk pasar Tanah Air, tapi juga internasional. Ini ditegaskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam kunjungan kerja ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (15/1).
Pada kesempatan itu, ia singgah di Desa Wisata Sukarara dan Desa Sade, di Lombok Tengah, dan potensi besar yang dimiliki desa wisata tersebut. Mulai dari budaya, kehidupan masyarakat, juga deretan produk ekonomi kreatif seperti kuliner serta tenun. Di sisi lain, Sandiaga juga mendengar sejumlah kendala yang dihadapi seperti pemasaran, permodalan, dan peningkatan sumber daya manusia (SDM).
“Kita akan merancang program sehingga bisa berkolaborasi dengan pemerintah daerah NTB untuk menciptakan peluang dan lapangan pekerjaan seluas-luasnya,” tutur Sandiaga.
Menparekraf berkomitmen melibatkan desainer-desainer terbaik Tanah Air agar produk kriya yang ada di Desa Sukarara dan Desa Sade bisa menembus pasar tidak hanya nasional melainkan pasar global.
Kedua desa tersebut merupakan daerah penghasil kain songket yang terkenal di Lombok. Ketenaran kain tenun Desa Sukarara sudah berhasil menembus pasar internasional. Untuk menjadikan satu kain tenun sepanjang 1 meter dibuat dalam waktu tidak singkat. Proses tenun menghabiskan waktu 1 hingga 3 bulan.
“Produk-produk yang sudah memiliki kualitas internasional dari segi desain perlu pendekatan kekinian. Saya juga akan menjalin kerja sama dengan beberapa teman di luar negeri untuk menarik desainer terbaik. Apabila Desa Sukarara dan Sade siap, kita akan membuat program sinergi untuk memacu peningkatan kualitas produk,” ujarnya.
Menparekraf Sandiaga Uno juga mencoba merasakan langsung proses tenun yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat Desa Sukarara dan Desa Sade. “Saya juga mencoba menenun tadi dan ternyata susah banget,” cetusnya.
Itu sebabnya, kata dia, penting menghargai setiap produk tenun lokal. “Jangan ditawar kalau beli tenun songket di sini, bangga buatan Indonesia, bangga berwisata ke Indonesia,” ujarnya.
Goes Digital
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Hari Sungkari menjelaskan, Kemenparekraf memiliki program pendampingan dan pelatihan goes digital. Pelaku ekonomi kreatif akan diberikan pelatihan tentang pemasaran produk UMKM secara digital, mulai dari teknik foto hingga pengemasan produknya. Sehingga seluruh subsektor ekonomi kreatif terlibat.
“Saya berharap tenun di sini tidak hanya tergantung wisatawan yang datang saja, melainkan seluruh Indonesia bahkan internasional bisa membeli hasil karya tenun Desa Sukarara dan Desa Sade tanpa harus datang ke sini," kata Hari.
Hari Sungkari mengungkapkan ada rasa bangga tersendiri ketika produk kreatif lokal Indonesia mampu menembus pasar internasional dan go digital. "Selain itu, kita juga punya program agar tenun ini bisa ready-to-wear. Karena melalui fesyen ini tenun bisa dikenal hingga seluruh dunia,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur NTB Zulkieflimansyah menjelaskan, kendala pelaku ekraf di tengah pandemi saat ini adalah pemasaran. Pemprov NTB sendiri sebelumnya telah meluncurkan program NTB Shop dalam membantu para pelaku ekonomi kreatif di NTB dalam memasarkan produk.
"Jadi Pemda mengambil semua produk-produk UMKM dan kita distribusikan melalui Bumdes atau melalui atau melalui platform kita. Jadi kita bisa belanja. Sehingga apabila sudah terbentuk pasarnya dan adanya feedback peningkatan kualitas, bisa didistribusikan ke luar NTB,” ujarnya.
We Love Lombok
Terkait dengan penyelenggaraan event, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Rizki Handayani menuturkan, Kemenparekraf memiliki program jangka pendek yang tahun lalu pernah diselenggarakan di Bali yaitu “We Love Bali”. Program ini bertujuan untuk menggerakan wisatawan lokal untuk berkunjung di destinasi yang ada di daerah tersebut.
Rencananya tahun ini program tersebut juga akan diadakan di NTB yang diberi tajuk "We Love Lombok Sumbawa". “Kita akan bekerja sama dengan menggandeng indsutri lokal, guide lokal, rumah makan lokal. Selain itu, kami juga akan mengajak key opinion leader untuk bersama-sama mempromosikan program tersebut,” jelas Rizki.