Vaksin COVID-19 dan Nutrisi untuk Lansia

COVID-19 dapat menyerang segala usia, terutama warga lanjut usia (lansia). Sistem imun mereka yang semakin menurun seiring pertambahan usia. Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa berusia di atas 60 tahun, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid lebih mungkin mengalami infeksi virus corona yang lebih parah—bahkan mematikan—dibandingkan kelompok usia lainnya.
Faktanya, Gugus Tugas menyebut 10,7% kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menyerang kalangan lansia atau usia di atas 60 tahun. Bahkan kelompok usia ini mencatat 48,8% kasus pasien meninggal dunia akibat COVID-19 dan menjadi kelompok usia dengan jumlah kasus meninggal dunia terbesar dibandingkan kelompok usia lainnya.
Dari total 37.154 pasien COVID-19 yang meninggal di Indonesia hingga 6 Maret 2021, sebanyak 18.131 adalah lansia. Artinya, lansia memerlukan perhatian khusus agar terlindung dari berbagai risiko COVID-19. Salah satu caranya adalah dengan menjaga nutrisi harian serta pemberian vaksin bagi lansia.
Saat ini pemerintah sedang menjalankan program vaksinasi untuk lansia. Lansia di Indonesia saat ini mencapai 28,7 juta jiwa atau 10,6% dari jumlah penduduk, namun hanya 21,5 juta jiwa yang ditargetkan menerima vaksinasi sepanjang program vaksinasi COVID-19 untuk lansia ini.
Ketua Tim Advokasi Vaksinasi COVID-19 PB IDI, dr Iris Rengganis, menegaskan pentingnya kelompok masyarakat lansia untuk segera mendapatkan vaksinasi. Terpenting, pemberian vaksin pada lansia harus dilakukan secara hati-hati dan melalui proses skrining yang ketat sebelum dokter memutuskan untuk memberi persetujuan vaksinasi.
“Keseriusan COVID-19 dikuatkan fakta bahwa tingkat kematian, atau risiko kematian tertinggi terjadi pada pasien lansia, sehingga sangat penting agar kelompok ini segera mendapatkan vaksin,” ungkapnya.
Menurutnya, tidak perlu ada keraguan untuk menerima vaksinasi yang memang telah tersedia untuk warga lansia, kecuali mereka yang saat ini sedang sakit atau jika mereka pernah menderita COVID-19 sebelumnya atau memang tidak bisa menerima vaksin oleh karena kondisi medis.
Program vaksinasi COVID-19 bagi kategori lansia di atas 60 tahun dimulai pemerintah sejak 8 Februari 2021, dan bisa dilakukan di fasilitas kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Vaksinasi bagi lansia ini merupakan tindak lanjut dari dikeluarkannya izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap vaksin tersebut.
“Vaksin yang disediakan pemerintah telah melewati serangkaian uji klinis yang ketat dan menunjukkan bahwa vaksin ini aman untuk kelompok usia 60 tahun ke atas. Tidak ada efek samping serius maupun kematian yang dilaporkan, jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” terangnya mengutip informasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Senada, Dokter Penyakit Dalam Sub Spesialis Geriatric FKUI RSCM sekaligus Ketua PERGEMI dr. Siti Setiati menekankan pentingnya mempersiapkan lansia agar vaksinasi bekerja dengan optimal.
“Yang perlu dipertimbangkan terkait vaksinasi pada lansia adalah terjadinya immunosenescence atau disfungsi imunitas karena usia,” tegasnya.
“Hal ini berhubungan dengan respon terhadap vaksin yang kurang maksimal. Karena immunosenescencebiasanya sudah terjadi inflamasi kronis level rendah akibat dari kombinasi penurunan imunitas tubuh, paparan terhadap antigen terus menerus, peningkatan produksi sitokin proinflamasi dari senescent T cells dan makrofag,” kata dia, menjelaskan.
Adanya penyakit penyerta atau komorbid juga meningkatkan terjadinya inflamasi kronis. Akibatnya akan ada peningkatan risiko infeksi, peningkatan risiko kanker, peningkatan risiko penyakit autoimun, penurunan respon terhadap imunisasi.
Lebih jauh Siti juga mengingatkan kondisi khusus yang memengaruhi keefektifan vaksinasi pada lansia.
“Faktor-faktor yang memengaruhi keefektifan vaksinasi pada lansia adalah faktor intrinsik yaitu usia dan jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu penggunaan obat-obatan. Kebiasaan seperti merokok, lingkungan sekitar, serta kecukupan nutrisi pada lansia berperan penting dalam keefektifan vaksin tersebut,” paparnya.
Terkait nutrisi, ia menekankan pentingnya energi, protein, dan mikronutrien untuk tulang, otot, dan fungsionalitas. Untuk itu direkomendasikan agar energi minimal di atas 21kcal/kg BB, protein 1.0- 1.5 g/kgBB/hari (25-30g) tiap kali makan, dan suplementasi apabila perlu, tetapi tetap perlu dicek dengan dokter.
Pada kesempatan yang sama, dr Muliaman Mansyur, Head of Medical KALBE Nutritionals mengatakan, selain skrining riwayat penyakit dan kesiapan psikis, tentunya kondisi fisik juga diperlukan dalam persiapan sebelum, selama, dan sesudah vaksin.
“Sepanjang proses ini, sebaiknya lansia mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dengan kandungan tinggi protein, vitamin, dan mineral, khususnya Vitamin C, D dan Zinc,” ujarnya.
Jika lansia kurang mendapat asupan nutrisi protein, risiko malnutrisi dan sarcopenia atau berkurangnya massa dan kekuatan otot akan mudah terjadi, selain itu imunitas yang terbentuk pasca vaksinasi menjadi kurang optimal.
“Setelah divaksinasi pun, lansia memerlukan nutrisi memadai untuk menjaga imunitas, khususnya lansia yang masih aktif berkegiatan, baik secara profesional maupun secara sosial,“ ujar Muliaman.