Lala Bohang x Lara Nuberg Menghimpun Kenangan

Indonesia dan Belanda memiliki keterkaitan dan keterikatan yang menyimpan banyak sejarah. Interaksi yang terjadi antara rakyat Indonesia dan pendatang Belanda di Nusantara selama lebih kurang 350 tahun di masa lampau melahirkan peleburan di berbagai segmen kehidupan.
Kolonialisme yang berlangsung di Hindia Belanda (nama Indonesia kala itu) tidaklah melulu hitam-putih. Antara penjajah-terjajah, baik-jahat, superior-inferior. Selalu ada wilayah “antara” atau “abu-abu” yang memungkinkan oposisi tersebut melebur dan tumpang tindih.
Ada banyak penelitian, tulisan, dan berbagai hasil kriya serta karya seni yang belakangan meninjau kembali hubungan kedua negara. Dan, menjadi hal yang selalu menarik untuk mengulik sudut-sudut sejarah yang tidak tersentuh—mencari keterkaitan yang lebih dalam dari sekedar objek dan subjek penjajahan.
Buku The Journey of Belonging yang digarap bersama antara Lala Bohang dan Lara Nuberg merupakan bukti nyata, bagaimana keterikatan sejarah yang terjadi antara Indonesia dan Belanda adalah hal nyata yang dalam. Yang teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Yang secara perlahan dan pasti berubah dan diakuisisi sebagai bagian dari kekayaan budaya negara yang bersangkutan.
Isi tentang buku ini menjadi bahasan utama dalam diskusi bertajuk ‘Out of the Book: Collecting Memories Along The Journey’ yang digelar daring oleh Yayasan 17000 Pulau Imaji dan Erasmus Huis pada Sabtu, 28 Agustus 2021. Dialog virtual ini menghadirkan kedua penulis Lala Bohang dan lara Nuberg.
Acara ini bisa disaksikan kembali di kanal YouTube @Pulau_Imaji.
“Dengan berkolaborasi bersama Erasmus Huis, kami ingin memulai suatu cara yang biasa dijalankan di klub-klub buku di mana pembaca dan penulis bisa bertemu dan berdiskusi,” ujar Laura Bangun Prinsloo, Ketua Yayasan 17000 Pulau Imaji.
“Inilah upaya kami untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Tentu saja sesuai dengan judulnya, yaitu Out of the Book, kami akan menampilkan topik-topik yang bermula dari buku dan telah mengelana ke banyak hal,” tambahnya.
Jika bukan kaarena pandemi, acara ini dipastikan mempertemukan langsung para pecinta buku. “Sayangnya karena masih masa pandemi, diskusi Out of the Book berlangsung virtual. Ke depannya, kami berharap bisa mengadakan lebih banyak acara perbukuan bersama Erasmus Huis,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Direktur Pusat Kebudayaan Erasmus Yolande Melsert mengungkapkan, “Erasmus Huis dimulai 51 tahun yang lalu dengan buku, perpustakaan kecil di Menteng, Jakarta dan tumbuh menjadi pusat budaya yang dinamis seperti sekarang ini.”
“Orang merasa dan merasakan kebutuhan untuk membaca, belajar dari wawasan lain, untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia disekitar mereka dan di tempat yang jauh. Kebebasan menulis dan membaca adalah salah satu pilar demokrasi dan oleh karena itu sangat penting ketika kita membangun dunia kita,” paparnya.
Dalam buku yang telah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Perjalanan Menuju Pulang’ dan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 19 Agustus 2021, pencarian hubungan dilakukan melalui penelusuran sejarah keluarga masing-masing.
Punya keterkaitan secara tidak langsung satu sama lain, Lala Bohang dan Lara Nuberg mencoba merekonstruksi “sejarah” personalnya. Bagaimana persinggungan keluarga mereka dengan berbagai narasi besar sejarah kedua negara. Leluhur Lala yang punya darah Belanda dan tinggal di Indonesia dengan leluhur Lara yang punya darah Indonesia dan tinggal di Belanda.
Hasil rekonstruksi tesebut tentu bukan untuk menandingi atau membantah sejarah yang telah ditulis sebelumnya, namun untuk melihat perca-perca masa lalu di mana hubungan antarpersonal atau antarkultur tumbuh dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Persinggungan ini tergambar sedari awal buku. Dalam pengantarnya, diceritakan bagaimana Lala bercerita mengenai neneknya yang sering memasak sup brenebon Belanda yang berakulturasi dengan budaya Indonesia dan sekarang menjadi ciri khas dari jenis makanan dari Manado.
Cerita yang membuat Lara mengerutkan kening dan bertanya-tanya jenis makanan apa itu.
Di sisi lain, Lara bercerita mengenai neneknya sering memasak makanan dengan cita rasa Indonesia, yaitu nasi goreng dan roti kukus atau yang lebih dikenal sebagai bolu kukus. Melalui diskusi inilah, kedua penulis dipandu Lalitia Apsari, mendiskusikan sejumlah aspek dalam buku Journey of Belonging, termasuk soal proses kolaborasi kedua penulis dan berbagai bentuk tulisan yang ada dalam buku tersebut.