Saatnya Semua Rakyat Jadi Pahlawan Bagi Indonesia

Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA
Awal 2020, saat COVID-19 mulai merambah Indonesia, semua mata mengarah kepada tenaga kesehatan. Tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Profesi yang satu ini dianggap sebagai pahlawan karena selalu berada di barisan terdepan dalam membantu orang-orang yang terinfeksi COVID-19.
Mereka harus berpanas-panasan, menahan lapar, dan menahan buang air kecil ketika harus mengenakan jubah “astronot” saat bertugas selama lebih kurang 8 jam. Belum lagi harus mengenakan masker yang membuat napas menjadi kurang lega. Ada juga yang sampai tidak pulang ke rumah beberapa hari karena takut menularkan COVID-19 kepada keluarganya di rumah.
Satu hal yang paling mengenaskan adalah tidak sedikit juga tenaga kesehatan yang meninggal karena virus ini. Saya bersyukur Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo, menganugerahkan gelar pahlawan kepada tenaga kesehatan yang gugur ketika menjalankan tugas.
Berkat rahmat Tuhan yang Maha Kuasa, Indonesia akhirnya juga dapat melalui cobaan berat, melewati dua gelombang tsunami COVID-19. Masa itu, sehari bisa terjadi ribuan kasus dalam sehari dengan angka kematian yang juga tinggi tentunya.
Ketika pemerintah mengumumkan bahwa Indonesia sudah masuk dalam kategori PPKM tingkat 1, dapat dilihat jumlah kasus di hampir semua daerah turun drastis. Paling hanya dijumpai kurang dari 100 kasus per hari. Doa kita tentunya Indonesia tidak harus mengalami gelombang ketiga COVID-19. Mungkinkah?
Mendekati perayaan Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, pemerintah mulai khawatir apa yang ditakutkan di atas akan terjadi. Banyak rencana yang mulai diusulkan agar gelombang ketiga COVID-19 tidak menjadi kenyataan. Ada pemikiran untuk memberlakukan kembali PPKM tingkat 3. Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah diwanti-wanti untuk tidak melakukan perjalanan ke luar kota. Sangsi siap menanti bila ada yang melanggarnya.
Selain itu, masih ada lagi rencana-rencana lainnya yang dikemukakan pemerintah dan para pakar untuk menghentikannya. Belum lagi dengan adanya varian baru Omicron yang mulai menyelusup ke negara-negara di seluruh dunia.
Melihat kenyataan ini, saya merasa upaya untuk menghambat terjadinya gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata dengan mengandalkan tenaga kesehatan sebagai garda terdepan. Semua ini tanggung jawab segenap masyarakat Indonesia.
Tidak ada gunanya pemerintah berkoar-koar dan tenaga kesehatan akhirnya akan banyak lagi yang meninggal kalau tidak didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Inilah saatnya semua rakyat Indonesia bisa menjadi pahlawan bagi negara yang dicintainya. Menjadi pahlawan di era pandemi tentunya tidak sama seperti menjadi pahlawan di era memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari penjajah.
Pahlawan masa kini cukup menjalankan protokol kesehatan (prokes) yang telah menjadi kesepakatan kita bersama, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Tidak ada yang sulit karena sudah setahun lebih kita melakukannya. Masalahnya, apakah kita mempunyai hati untuk melakukannya dengan tidak mementingkan diri sendiri?
Ingat, hal yang tidak mengenakkan akibat pandemi ini tidak hanya dirasakan oleh diri kita sendiri. Semua orang di seluruh dunia pasti mengalami dan merasakan hal yang sama. Urusan pekerjaan yang berujung pada berkurangnya pendapatan keluarga dapat dipastikan menjadi masalah utama selama pandemi berlangsung.
Kita memang butuh uang untuk makan dan beli keperluan sehari-hari. Namun, apa gunanya kalau akhirnya kita terinfeksi COVID-19. Bersyukur kalau masih bisa sembuh, kalau tidak sembuh, tentu ini dapat menambah beban bagi keluarga yang ditinggalkan.
Mari kita patuhi protokol kesehatan (prokes). Mari kita menahan diri sejenak untuk pulang kampung. Mari kita menahan diri sejenak untuk jalan-jalan ke lokasi wisata atau ke luar negeri. Mari kita menahan diri sejenak untuk membuka toko atau rumah makan secara penuh. Mari kita menahan diri sejenak untuk kumpul-kumpul bersama teman di kafe atau mal. Mari kita menahan diri sejenak untuk banyak hal-hal lainnya yang ujung-ujungnya untuk kebaikan kita bersama.
Mengapa kita tidak bisa belajar dari negara-negara yang sudah beberapa kali mengalami gelombang COVID-19, seperti India dan sekarang ada beberapa negara di Eropa yang kasusnya meningkat lagi? Seandainya kita jeli, gelombang-gelombang COVID-19 yang terjadi hanya membuat masyarakat di negara bersangkutan berjalan di tempat. Semuanya dimulai dari nol lagi dan itu terjadi berulang-ulang tanpa diketahui kapan akan selesai. Oleh karena itu, dukung pemerintah dengan tetap melakukan prokes dan menuruti imbauan-imbauan yang dikeluarkan menjelang akhir tahun 2021 ini.
Sudah saatnya seluruh rakyat Indonesia menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Ibarat suatu kejuaraan, sebagai rakyat Indonesia, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi pahlawan. Menjadi pahlawan bagi sesama berikut bangsa dan negara. Tidak mustahil, akhir tahun ini, bangsa kita bisa terbebas dari gelombang ketiga COVID-19. Bahkan selamanya dapat terbebas dan merdeka dari virus yang menyengsarakan kehidupan manusia.